Prof. Ratminingsih. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Pengobatan alternatif yang sering diidentikkan dengan dukun atau ‘orang pintar’ sudah lama ada di masyarakat Indonesia. Mereka yang berpraktek pengobatan alternatif ini tentu bukan sembarang orang.

Mereka “berani” melakukan pelayanan pengobatan tersebut karena memiliki kemampuan spiritual. Mereka adalah orang-orang terseleksi oleh Tuhan, yang memang terlahir diberikan kekuatan tersebut oleh Tuhan atau kekuatan yang menjadi warisan leluhur dari
generasi ke generasi.

Dalam masyarakat dengan budaya timur, pengobatan alternatif ini merupakan kearifan lokal yang menjadi bagian dari budaya yang sudah diimplementasikan dalam kehidupan secara turun temurun. Mungkin di jaman dahulu sebelum ilmu pengetahuan dan khususnya ilmu kedokteran berkembang, pengobatan alternatif menjadi satu-satunya pengobatan yang dilakukan masayarakat.

Sebut saja di suku-suku pedalaman atau bahkan di desa-desa terpencil yang sulit dijangkau, masyarakat cenderung menggunakan pengobatan jenis ini. Sebagai
contoh ketika ibu hamil melahirkan, masih banyak para ibu mengandalkan bantuan dukun beranak daripada bidan atau dokter kandungan.

Baca juga:  Imlek dan Indonesia yang Bineka

Di zaman modern seperti sekarang ini, dimana dunia kedokteran sudah berkembang sedemikian pesat dan canggih dengan berbagai bidang keilmuan dan fasilitas pendukung medis, masih ada kecenderungan bahwa masyarakat Indonesia tetap menggunakan jasa pengobatan alternatif. Bukan hanya mereka yang kurang berpendidikan, mereka yang berpendidikan
tinggi pun masih menggunakan pengobatan
alternatif tersebut.

Ada berbagai alasan pastinya, selain alasan letak geografis seperti di atas, juga ada alasan ekonomi, kecepatan, dan kemudahan yang ditawarkan. Ketika seseorang ada pada tataran bosan berobat ke dokter, karena tidak kunjung sembuh sejak lama dan biaya yang dihabiskan sudah terlalu banyak atau bahkan tidak mampu membayar, solusi terbaik adalah berobat alternatif yang entah itu menggunakan obat-obat
herbal atau melalui bantuan “orang pintar” sebagai mediator dari tangan Tuhan.

Fenomena terbaru yang terjadi saat ini adalah ratusan bahkan ribuan orang mempercayakan kesembuhan melalui pengobatan alternatif ini, yakni melalui kekuatan spiritual seorang ibu, Ida Dayak. Berbagai kalangan
masyarakat bukan hanya menengah ke bawah, namun juga kalangan atas memakai jasa pengobatannya.

Baca juga:  Debat dan Etika

Kenapa demikian? Karena pengobatannya dilakukan terbuka untuk umum, tanpa dipungut bayaran, dan hasilnya mujarab, serta sudah terbukti nyata.

Siapakah sosok Ibu Ida Dayak? Ibu yang sederhana dan bersahaja, Ibu yang tampaknya tidak memiliki pendidikan tinggi, apalagi ilmu kedokteran. Seorang ibu yang polos, yang menampilkan kekhasan budaya dengan atribut ke-Dayak-annya, yang setiap saat memulai pengobatan dengan doa kepada Yang Memiliki Kekuatan dan Kehidupan.

Ibu dengan tangan ‘saktinya’ yang mampu membuat seluruh Indonesia atau dunia terkesima atas kemampuannya memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan. Tangan bengkok bisa menjadi lurus dalam sekejap, yang tidak mungkin dilakukan oleh dokter spesialis manapun hanya melalui sentuhan dan pengurutan, kecuali melalui operasi yang menelan banyak biaya bahkan waktu yang lama untuk penyembuhan.

Hanya dengan berbekal minyak khas Dayak dan kemampuan supra natural yang menjadi warisan leluhurnya, ibu Ida Dayak banyak berhasil membantu para pasiennya, meski ada kalanya dia mengatakan tidak mampu membantunya. Jadi Ibu Ida Dayak dengan kemampuan spiritualnya tersebut tahu benar kapan saatnya dia bisa membantu dan kapan tidak bisa. Artinya beliau sadar bahwa di
balik kemampuannya yang hebat, beliau hanyalah mediator atau perpanjangan tangan Tuhan.

Baca juga:  Membangun Ekonomi Bali Utara

Tulisan ini dibuat karena saya sangat terharu akan ketulusan hati Ibu Ida Dayak dalam memberikan pelayanan untuk membantu kesembuhan masyarakat. Ibu rela melakukan semua dengan budi baiknya tanpa memungut bayaran. Kekuatan spritirualnya telah terbukti ampuh dalam menyembuhkan berbagai lapisan
masyarakat yang bermasalah dengan tulang atau penyakit lainnya. Namun, terlepas dari kekuatan yang dimiliki, dia juga memiliki keterbatasan, yakni beliau bisa elah bila terus menerus kekuatannya dieksploitasi.

Semoga pihak-pihak terkait mampu mengorganisir dan membatasi pasien, sehingga kesembuhan masyarakat menjadi kesembuhan bersama tanpa
mengorbankan Ibu Ida Dayak sendiri.

Penulis, Guru Besar Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

BAGIKAN