Olah- Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Basuki Lestari Besakih saat mengolah sampah yang dihasilkan oleh pemedek. (BP/Nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Sampah pemedek yang dihasilkan selama pelaksanaan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Pura Agung Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem jumlahnya berton-ton ditampung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berlokasi di Banjar Palak. Sampah tersebut telah diolah untuk dijadikan pupuk organik oleh Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Basuki Lestari Besakih.

Ketua UPS3R Besakih, I Wayan Suartika, Rabu (25/4), mengatakan, kalau sampah-sampah yang dihasilkan oleh pemedek selama berlangsungnya Karya IBTK di Pura Agung Besakih telah diolah oleh Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Basuki Lestari Besakih.

Baca juga:  Darurat Penanganan Pengungsi Gunung Agung Diperpanjang Lagi hingga 9 November

“Ya, sampah bekas pemedek memang kita pilah lebih dulu antara sampah bekas sarana upacara dan plastik. Sampah setiap hari datang ke TPA, dan langsung kita pilah dan olah dilokasi. Untuk pengolahan sampah itu UPS Basuki Lestari bekerjasama dengan, Desa Adat, Desa Dinas, dan juga BUMdes Besakih,” ujarnya.

Menurut, Suastika, sampah yang diolah tersebut adalah sampah jenis organik, yakni seperti canang, kwangen dan yang lainnya. Sementara itu, untuk sampah plastik yang dihasilkan yang kondisinya masih bagus akan dijual, sedangkan yang rusak bakal dimusnahkan.

Baca juga:  Kunjungan Wisatawan ke Besakih masih Jauh dari Target

Untuk mengolah sampah itu ada dua mesin yang dipergunakan. “Sampah organik yang kita pilah akan diolah menjadi pupuk organik. Sampah yang diolah itu, akan kita kembalikan ke pemedek nantinya alam bentuk pupuk organik yang nantinya bisa dipakai untuk memupuk bunga dan yang lainnya,” katanya.

Ia berharap, dengan diolahnya sampah ini ke depannya pemedek lebih sadar supaya sampah tidak dicampur dengan plastik ketika sembahyang pada upacara yang sama tahun depan. Hanya saja, kata Suartika, pihaknya mengaku kewalahan untuk melakukan pemilahan sampah yang tercampur tersebut.

Baca juga:  Selama di Pengungsian, Anak-anak Terhibur dan Tak Merasa Bosan

Pasalnya, jumlah tenaga dengan jumlah sampah yang datang tidak seimbang. Karena saat ini pihaknya hanya memiliki sebanyak 8 orang tenaga untuk melakukan pemilahan sampah tersebut.

“Dengan jumlah tenaga delapan orang ini, sehari hanya mampu memulihkan sekitar satu setengah dum truk sampah. Kalau kita punya tenaga lebih banyak, sehari bisa saja mampu memilah sampai tiga dum truk. Akan tetapi, meski tenaga terbatas namun tidak masalah karena mereka tetap semangat untuk pengolahan sampah itu,” tandas Suartika. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN