Nasabah melakukan transaksi di anjungan tunai mandiri (ATM) kawasan Jakarta Selatan, Senin (9/1/2023). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2023 tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (27/4), mengatakan bahwa posisi M2 pada Maret 2023 tercatat senilai Rp8.293,6 triliun atau tumbuh 6,2 persen (yoy), setelah tumbuh 7,9 persen (yoy) pada Februari 2023.

Perkembangan posisi M2 pada Maret 2023 tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 4,8 persen (yoy) dan uang kuasi 8 persen (yoy). Posisi M1 tersebut tumbuh melambat jika dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 6,6 persen (yoy).

Baca juga:  BI akan Luncurkan "Fast Payment" Gantikan Sistem Kliring Nasional

Uang kuasi dengan pangsa 44,7 persen dari M2 tercatat senilai Rp3.708,3 triliun pada Maret 2023 atau tumbuh 8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,7 persen (yoy). Erwin menuturkan, perkembangan M2 pada Maret 2023 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat.

Penyaluran kredit pada Maret 2023 meningkat 9,8 persen (yoy), setelah tumbuh 10,4 persen (yoy) pada bulan sebelumnya sejalan dengan pertumbuhan kredit produktif maupun konsumtif. Sementara itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkontraksi 25,7 persen (yoy), setelah terkontraksi sebesar 19,6 persen (yoy) pada Februari 2023.

Baca juga:  RI - Jepang Tingkatkan Kerjasama Komprehensif di Sektor Industri

Di sisi lain, ia mengatakan aktiva luar negeri bersih naik 9,9 persen (yoy), setelah bulan sebelumnya tumbuh 7 persen (yoy). Selain itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2023 tercatat Rp7.759,3 triliun atau tumbuh 7,2 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,1 persen (yoy). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh laju pertumbuhan DPK korporasi dan perorangan. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN