Tangkapan layar Focus Group Discussion (FGD) “Bali Menatap Masa Depan” via zoom, Kamis (27/4) malam. (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali merupakan etalasenya Indonesia. Terutama pariwisata budayanya yang menjadi backbone ekonomi. Berbagai event bertaraf internasional diselenggarakan di Bali. Seperti KTT G20 belum lama ini, dan event lainnya.

Oleh karena itu, ekonomi Bali yang bersumber dari pariwisata ini mestinya diinvestasikan dalam dunia pendidikan. Tujuannya, untuk mengangkat kualitas SDM Bali yang saat ini masih rendah. Padahal, SDM sangat penting untuk meningkatkan kualitas Bali, begitu juga dengan pariwisatanya.

Demikian mengemuka saat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Bali menggelar Focus Group Discussion (FGD) “Bali Menatap Masa Depan” via zoom, Kamis (27/4) malam. FGD ini menghadirkan narasumber Prof. I Gede Wenten yang merupakan Anggota Dewan Pengarah BRIN.

Sehingga, bisnis pendidikan di Bali sangat penting dilakukan. Sebab, SDM yang unggul nantinya yang akan merumuskan dan mengawal rencana pembangunan Bali 100 tahun ke depan. Apalagi, kemajuan 100 tahun ke depan tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang ada saat ini.

Baca juga:  Fee Based Income Bisnis Bancassurance BRI Tumbuh 2,4 Kali Lipat

Prof. Wenten mengakui etos kerja masyarakat Bali luar biasa. Hanya saja kualitasnya agar ditingkatkan. Terlebih, kearifan dan peradaban orang Bali dengan Tri Hita Karana (THK) dan adatnya akan menjadi modal dan kekuatan Bali dalam membangun Bali ke depan.

Prof. Wenten mengungkapkan setelah bisnis pendidikan, hal yang mesti dilakukan Bali adalah bisnis industri jasa. Apalagi, Bali sudah mendunia. Sehingga, tidak membutuhkan biaya terlalu besar dalam investasi industri jasa ini dibandingkan investasi dalam dunia pendidikan.

Baca juga:  KEK Kura-kura Bali Diharap Datangkan Investasi Seratusan Triliun dalam 30 Tahun

Selanjutnya, yang perlu dilakukan Bali ke depan adalah bisnis dalam bidang kesehatan. Terutama pengobatan transcendental dan bisnis kesehatan modern. Sehingga, Bali dengan pariwisatanya bisa menjadi pusat pengobatan transcendental dan modern.

Tidak hanya itu, Bali juga berpotensi menjadi kapitalisasi kearifan pangan. Menurut Prof. Wenten, Bali memiliki kearifan pangan. Seperti, Babi Guling, Uratan, Betutu, Arak, Brem, produk agro, dan memiliki Bali Food Festival.

Potensi ini mestinya harus dimanfaatkan oleh Bali, sehingga UMKM/IKM Bali bisa menggeliat di Bali untuk kesejahteraan masyarakat Bali. Bahkan, ini bisa dikembangkan lebih besar dan kompetitif berupa industri. Namun, industri yang dikembangkan Bali harus tetap pada green industri.

Sebab, Bali yang wilayahnya kecil harus tetap berwawasan lingkungan. Apalagi, bahan baku industri tidak bisa dihasilkan sepenuhnya di Bali. Namun, mesti didatangkan dari luar Bali. Oleh karena itu, eksplorasi sumber daya laut meski dimanfaatkan. Tujuannya, agar tidak ada kerusakan lingkungan yang merambah hingga ke pegunungan yang dapat menyebabkan segala bentuk potensi bencana.

Baca juga:  Perkuat Surveilans dan Identifikasi Virus Corona, Indonesia Kolaborasi Dengan Negara Asia Tenggara

Menanggapi hal itu, Kepala BRIDA Provinsi Bali, I Made Gunaja mengatakan bahwa BRIDA Bali memiliki tugas dan fungsi sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 56 Tahun 2021. Yaitu, bertugas melaksanakan riset dan inovasi serta pengelolaan kekayaan intelektual provinsi yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan provinsi. Dalam menjalankan tugasnya, BRIDA berkolaborasi dengan berbagai stakeholder lainnya terutama dari pihak akademisi atau perguruan tinggi. Kerja sama ini sangat dibutuhkan untuk mencetak tenaga peneliti untuk melakukan kajian dan riset-riset. (Winatha/balipost)

BAGIKAN