Seorang WN Jepang, Isamu Maeda (91) melakukan ritual pengabenan hingga melarung abu sang istri, Sachiko Maeda (85) di perairan Padanggalak, Denpasar. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Seorang WN Jepang, Isamu Maeda (91) melakukan ritual “pengabenan” hingga melarung abu sang istri, Sachiko Maeda (85) di perairan Padanggalak, Denpasar. Ini, merupakan amanat terakhir sang istri sebelum berpulang.

“Bukan yang pertama kalinya saya ke Bali. Sudah ke sekian kali nya, sudah puluhan kali. Namun ada sesuatu hal yang lain, yang sangat spesial pada kedatangan saya kali ini,” tutur Isamu Maeda (91) saat ditemui di Bali Yuai Denpasar, Selasa (2/5).

Baca juga:  Ngaben di Tengah Pandemi, Bade Diusung Gunakan Mobil

Biasanya, Maeda San ke Bali ditemani sang istri. Namun, Tuhan mempunyai skenario lain dalam perjalanan hidup pasangan ini.

Sang istri dipanggil Tuhan pada medio tahun lalu. ‘”Sekarang saya datang sendiri, tentu rasanya sangat berbeda,” ujar ayah dua putra yang tinggal di Kyoto Jepang ini.

Kedatangannya kali ini ke Bali ternyata membawa amanat mendiang istrinya. Sachiko pernah berkata bahwa dia ingin diupacarai secara Hindu di Bali setelah kematiannya. ‘’Saya membawa abu dan tulang istri saya dalam sebuah tempat kecil dan kemudian diupacarai. Selanjutnya abu itu dilarung di Pantai Padanggalak,” jelasnya.

Baca juga:  Sejumlah Bangunan di Pura Dalem Sukaluwih Batuan Terbakar

I Gusti Kompyang Pujawan bersama sang anak, Agung Gede Nirarta yang ikut mendampingi Isamu menjelaskan bahwa hubungan keluarganya dengan keluarga Maeda San sangat dekat. Maka, ketika ada keinginan dari Maeda untuk mengupacarai istrinya secara Agama Hindu, ia pun menyetujuinya.

Singkat cerita, upacara mamukur pun dilakukan berbarengan dengan upacara mamukur almarhum istri Kompyang Pujawan, Made Ida Dwi Ratna Winten.

Dia sangat berterima kasih atas bantuan keluarga Kompyang Pujawan beserta kerabat lainnya sehingga amanat istri ini terwujud. ‘’Karena faktor usia, ini adalah kedatangan saya yang terakhir ke Bali,’’ ujarnya.

Baca juga:  Soal "Nyengker Setra"

Ia mengaku sangat mencintai Bali dan persahabatan yang sudah terjalin dengan warga lokal. “Persahabatan ini tentu tidak akan berakhir karena saya tidak kemari lagi. Anak saya yang akan melanjutkannya,’’ ujarnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN