DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus Meningitis Streptococcus Suis (MSS) yang sempat menghebohkan Gianyar, kini juga terjadi Denpasar. Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat sejak Januari hingga Mei atau 5 bulan terakhir ini, terdapat tujuh orang yang terjangkit MSS.
Beruntung, dari semua kasus yang ada, tidak sampai ada korban meninggal. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda dikonfirmasi, Kamis (4/5) mengatakan dari 7 orang tersebut, 6 orang sudah sembuh dan satu orang masih dalam perawatan.
Mereka sempat dirawat di RSUP Prof. Ngoerah sebanyak 5 orang dan dua orang di RSBM. Mereka yang terjangkit MSS ini sebelumnya sempat mengkonsumsi sate babi, balung atau tum, babi guling, dan lawar babi.
Pihaknya menyebut, gejala penderita meningitis biasanya diawali dengan demam ditambah dengan penurunan kesadaran. Selanjutnya perlu dilakukan cek lab pada cairan tulang belakang.
Ditambah dengan adanya riwayat mengonsumsi daging babi, maka sudah mendukung terinfeksi meningitis. Meskipun demikian, pihaknya mengatakan penyebab meningitis bukan hanya mengkonsumsi daging babi yang mengandung bakteri Streptococcus, melainkan juga virus, maupun jamur.
Bahkan faktor cuaca yang buruk juga bisa menjadi penyebab berkembangnya bakteri maupun virus penyebab meningitis ini. “Kami imbau kepada masyarakat, tidak ada yang melarang mengkonsumsi daging babi, yang terpenting bagaimana menjaga kebersihan babi tersebut,” kata Agung Dharmayuda.
Mulai dari kebersihan peternakan babi harus menjadi perhatian, termasuk kesehatannya terpelihara. Jangan sampai saat memelihara babi, babi tersebut dibiarkan berkeliaran dan memakan-makanan yang sembarangan. Selanjutnya saat pemotongan babi, harus benar-benar bersih dan babi dalam kondisi sehat juga.
Yang paling penting, bagaimana pengolahan daging babi tersebut menjadi makanan. “Saat diolah harus benar-benar higienis, dan matang. Suhu saat memasak di atas 70 derajat sampai 100 derajat celcius. Benar-benar matang,” katanya.
Termasuk saat pembuatan lawar merah dengan menggunakan darah babi, yang digunakan adalah darah matang dan bukan mentah. “Karena yang belum matang itu, tidak menjamin aman,” katanya. (Asmara Putera/balipost)