Masyarakat Desa Adat Pinggan di Kecamatan Kintamani sampai saat ini masih melestarikan sejumlah tradisi yang diwariskan leluhurnya. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Masyarakat Desa Adat Pinggan di Kecamatan Kintamani sampai saat ini masih melestarikan sejumlah tradisi yang diwariskan leluhurnya. Salah satunya ngemaling nasi.

Tradisi itu dilaksanakan sebagai bagian atau rangkaian dari upacara Ngaben. Tradisi ngemaling nasi dilaksanakan sebelum prosesi menaikan sawa ke atas Bade.

Bendesa Adat Pinggan I Made Seden secara pribadi mengaku belum tahu persis makna dari tradisi tersebut. Namun demikian tradisi ngemaling nasi selama ini tetap berjalan dan dilestarikan secara turun-temurun oleh warga. “Tidak pernah tidak dilaksanakan. Kalau ada upacara pitra yadnya di Pinggan selalu dilaksanakan,” ungkap Seden, Minggu (7/5).

Baca juga:  Cetak Pemimpin Muda Desa Adat, Yowana Sandan Pondok Jadi "Pilot Project" di Tabanan

Dijelaskan, dalam tradisi ngemaling nasi, ada satu orang warga yang menjadi pelaku maling nasi. Warga yang boleh menjadi pelaku maling nasi ini adalah orang di luar keluarga pengarep atau keluarga inti yang melaksanakan upacara. “Biasanya panitia upacara yang menunjuk orangnya,” katanya.

Setelah ngemaling nasi dari lokasi upacara, orang yang bertindak sebagai maling tersebut kemudian akan belari ke arah bade. Dengan membawa nasi hasil curian dalam wadah bakul, orang tersebut mengelilingi Bade sambil memakan nasinya.

Baca juga:  Gianyar Daerah Wisata, Penggunaan Bahasa Indonesia Mulai Bergeser

Sementara dari pihak keluarga yang menyelenggarakan upacara akan mengejarnya sambil membawa lidi. Dengan lidi itu, maling dipecuti. Prosesi itu dilakukan sebanyak tiga kali. “Kadang sampai jatuh di aspal karena dikejar beneran,” ujarnya.

Tradisi ngemaling nasi dilaksanakan sebagai rangkaian upacara Ngaben baik yang dilaksanakan secara mandiri maupun massal. Di Desa Adat Pinggan, upacara ngaben dilaksanakan Oktober 2022 lalu. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN