DENPASAR, BALIPOST.com – Deretan bunga anggrek beraneka warna menjadi pemandangan menyegarkan mata dan memberikan nuansa baru di Lapangan Niti Mandala, Renon. Paling tidak selama 10 hari, mulai 4 hingga 14 Mei, kolektor anggrek dan masyarakat awam bisa menikmati taman bunga di tengah kota ini.
Di kawasan yang biasanya menjadi lokasi warga berolahraga itu digelar pameran bunga anggrek taraf internasional yang bertajuk “Anggrek kemBali.” Pameran ini menampilkan beragam jenis Anggrek. Salah satu yang menarik mata yakni Anggrek Dasi yang berasal dari Papua dengan harga fantastis, Rp400 juta.
Tidak hanya area pameran, di kawasan itu juga berderet stand penjual anggrek maupun penjual makanan. Asal mereka ada yang dari Bali maupun luar Bali.
Putu Yulinda atau akrab disapa Linda merupakan salah satu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ikut berpameran. Perempuan asal Desa Sading, Badung ini merupakan pemilik “Linda Orchid Badung” yang menjual beragam jenis anggrek. Lokasinya di Jalan Green Kori No.9 Desa Sading, Badung.
Linda ditemui Selasa (9/5) di stand usahanya mengatakan usahanya ini berawal dari iseng-iseng. “Awalnya hanya iseng saja memulai bisnis ini, karena kebetulan suka dan senang dengan anggrek sehingga pada tahun 2017 saya mencoba membuka usaha ini secara online di rumah,” ungkapnya.
Dari awal merintis usahanya hingga saat ini Linda sudah sering mengikuti pameran anggrek. Terhitung sudah 10 kali ia mengikuti pameran dari 2017 hingga saat ini.
Meski awalnya iseng, ia sudah bisa meraup keuntungan puluhan juta dari bisnis ini. Di pameran ini saja, sejak hari pertama sampai hari kelima penjualan anggreknya mencapai Rp45.000.000.
Bahkan menurut Linda keuntungan yang ia peroleh di pameran ini lebih tinggi karena pameran tersebut memang khusus anggrek dan pelanggan yang datang pun kebanyakan dari luar.
Banyak orang mengira kalau merawat anggrek itu susah. Padahal sebenarnya tidak terlalu susah. Bahkan Linda mengatakan perawatannya sama saja dengan tumbuhan lainnya. Hanya medianya saja yang membedakan. Kalau anggrek medianya arang sedangkan tanaman lain medianya tanah.
Selain media yang berbeda, Linda juga mengatakan kalau merawat anggrek memerlukan investasi waktu yang lama dari bibit sampai bisa berbunga itu bisa mencapai 2 tahun. Investasi waktu menjadi salah satu hal yang membuat harga anggrek mahal. “Proses anggrek dari bibit sampai berbunga itu perlu waktu sampai 2 tahun, jadi petani anggrek harus banyak menginvestasikan waktunya, maka dari itu harga anggrek bisa menjadi mahal,” ungkapnya.
Di stand tempatnya berjualan, terlihat banyak sekali jenis anggrek. Linda mengatakan kalau ia hanya menjual anggrek jenis hybrida, seperti jenis dendro dan anggrek bulan.
Linda pun memberikan tips membedakan anggrek mahal dan yang tidak terlalu mahal. Caranya dengan melihat kuntum dan daunnya. Kalau daunnya besar dan bunganya panjang, harganya juga bisa semakin tinggi, sekitar Rp200.000.
Harga yang ia tawarkan di standnya cukup bervariasi. “Ada harga dari Rp20.000 untuk bibit sampai Rp200.000,” katanya.
Anggrek bulan adalah jenis anggrek yang paling laris di standnya. Hal tersebut karena anggrek bulan memiliki bunga yang besar dan panjang.
Tertarik memulai bisnis anggrek? Kalian bisa memulainya dengan mengunjungi pameran di Niti Mandala Renon dan mencari referensi serta bibit di sana. Mumpung masih ada sisa waktu 4 hari lagi, tunggu apa lagi! (Apsari/Sinta/Wulan/balipost)