Desa Adat Yehembang Kauh menggelar Sapuh Leger secara kolektif saat Tumpek Wayang. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Yehembang Kauh menginisiasi peringatan tumpek wayang dengan menggelar mebayuh oton kolektif tepat saat hari tumpek wayang lalu. Upaya ini sebagai bentuk menjaga adat budaya Bali, pelaksanaan upacara (oton) bagi orang yang lahir pada wuku wayang.

Desa adat melalui Yayasan Giri Amertha Santhi yang juga diinisiasi desa adat, menggelar secara massal guna meringankan biaya untuk pelaksanaan sapuh leger. Bendesa Adat Yehembang Kauh, I Putu Artha mengatakan desa adat menginisiasi menyelenggarakan secara kolektif dengan harapan meringankan biaya dari pelaksanaan upacara ruwatan Sapuh Leger tersebut.

Sebab ketika dilakukan secara sendiri, membutuhkan biaya hingga belasan juta rupiah. Namun dengan kolektif bersama-sama, satu warga hanya mengeluarkan sesari Rp 300 ribu dan dapat melaksanakan kewajiban otonan dengan sarana upakara tingkat madya dan seluruh prosesi.

Baca juga:  Sekda Hadiri Gladi Bersih Sekaa Gong Kerthi Budaya dan Sanggar Seni Kumara Agung

“Ruwatan atau kinembulan ini diikuti bagi warga yang lahir di wuku wayang. Memang spesial bagi warga yang lahir di wuku wayang wajib melaksanakan mebayuh oton sapuh leger. Kami menggandeng Yayasan Giri Amertha Santhi menginisiasi oton secara kolektif,” terang Putu Artha.

Puluhan warga dari berbagai wilayah di Bali mengikuti mebayuh oton kolektif itu tepat saat Tumpek Wayang di gria Munduk Anggrek, desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo. Ruwatan secara kolektif bertepatan dengan hari Tumpek Wayang menyasar warga yang lahir di wuku wayang (7 hari dalam kalender Bali).

Baca juga:  Investasi di Jembrana Alami Kenaikan, Segini Jumlahnya di 2022

Para peserta dikelompokkan berdasarkan hari kelahiran dengan tetebusan (sarana upakara)  yang berbeda mengikuti hari kelahiran. Dari total 54 orang yang mengikuti, selain dari berbagai daerah di Bali juga beragam usia. Dengan usia yang paling tua 25 tahun dan termuda delapan tahun. Ketua Yayasan Giri Amertha Santhi, Dewa Putu Eka Sugita mengatakan yadnya (upakara) secara massal yang diselenggarakan pada Tumpek Wayang ini merupakan yang kedua diselenggarakan setelah sebelumnya juga yadnya memetik, metatah kolektif.

Baca juga:  Yowana Desa Adat Duda Dibekali Kemampuan "Maebat"

Yayasan ini terbentuk juga inisiasi dari Desa Adat Yehembang Kauh yang fungsinya juga mendukung desa adat. Termasuk penguatan adat dan budaya Bali salah satunya di hari TUmpek Wayang dengan pengeruwatan khusus bagi mereka yang lahir di wuku wayang.

Prosesi dipuput Ida Pandita Mpu Nabe Rastra Prabu Wibawa Diwya serta digelar pertunjukan wayang Sapuh Leger sebagai prosesi pengeruwatan. Melalui kegiatan upakara secara kolektif ini diharapkan dapat meringankan biaya bagi krama sehingga dapat melaksanakan kewajiban yang harus dilakukan dalam kaitan dengan kelahiran di wuku Wayang ini. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN