DENPASAR, BALIPOST.com – Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat banyak pecintanya. Anggrek sering digunakan sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan selama berabad-abad.
Banyak jenis anggrek yang memiliki keunikan dan keindahan yang berbeda-beda. Salah satunya yakni Bulbophyllum phalaenopsis atau sering disebut anggrek dasi.
Sebutan ini karena daun memanjang hingga lebih dari 1 meter. Lebar daun 20 cm. Daun-daun raksasa anggrek itu muncul dari umbi semu sebesar bola tenis.
Dari sela-sela umbi, muncul tandan bunga berbentuk lembaran berbulu dan berwarna merah marun menambah keunikannya. Selain unik, penampilan anggrek itu juga prima berdaun mulus, bebas serangan hama dan penyakit.
Anggrek Dasi ini merupakan salah satu anggrek yang berasal dari Papua hingga Papua Nugini. Semakin panjang daunnya, harga jualnya pun bisa mencapai ratusan jutaan rupiah.
Lulus Sunaryo (68) adalah salah seorang yang memiliki Anggrek Dasi ini. Anggrek miliknya dipamerkan di Pameran Anggrek KemBali 2023 di Lapangan Niti Mandala, Renon, 4-14 Mei.
Ditemui di lokasi pameran, Jumat (12/5), pria yang pernah bekerja di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Malang ini mengatakan membeli bibit di Mojokerto pada 2010 seharga Rp300.000. Saat itu, daun anggrek dasi yang dibelinya sepanjang 30 cm.
Berkat ketelatenan pria yang pensiunan peneliti pertanian ini, anggrek yang dimilikinya memiliki daun yang sangat panjang. Di 2017, Anggrek Dasi ini pernah patah, lalu dibagi menjadi 2 dan hanya 1 yang dibawa ke Bali untuk dipamerkan.
Lulus mengatakan jika teman-temannya terkejut karena tidak pernah melihat ukuran seperti ini. “Menurut teman-teman saya yang keliling Indonesia bahkan ke Papua sendiri, belum pernah melihat sebesar ini ukurannya,” ungkap pria asal Malang itu.
Pria berusia 68 tahun ini mengatakan jika bunga Anggrek Dasi ini cepat layu. “Sebenarnya anggrek ini ada bunganya, tapi sekarang sudah layu. Mekarnya itu waktu Idul Fitri (22-23 April, red). Jadi pada saat pameran ini bunganya sudah layu. Dari mekar sampai layu tidak bertahan lama, seminggu hingga dua minggu sudah layu kembali sedangkan daunnya bisa bertahan 6-8 tahun,” ungkapnya.
Anggrek Dasi milik Lulus ini pernah dinobatkan sebagai The Best Of Show di Malang pada 2017. Lulus mengatakan jika ia tidak mengalami kesulitan dalam merawat anggrek. “Kunci utama merawat anggrek menurut saya adalah air dan sirkulasi udara. Faktor kurang dan cukupnya air itu sangat mempengaruhi perkembangan anggrek. Selain itu faktor sirkulasi udara juga sangat penting,” terang Lulus.
Pameran Anggrek KemBali ini merupakan pameran pertama yang diikuti oleh Lulus di luar Kota Malang. Biasanya, ia hanya mengikuti pameran rutin setiap tahun di Batu, Malang.
Bahkan, ia mengaku sempat bingung untuk membawa anggrek tersebut ke Bali. “Jadi daunnya saya bungkus dengan kertas buram satu per satu agar saat bergesekan di dalam perjalanan tidak langsung kena daunnya tapi kena kertasnya. Setelah terbungkus kertas, saya lapisi dengan kain sepanjang 3 meter yang saya kirim menggunakan truk,” ujarnya.
Dalam menekuni hobi mengoleksi anggrek, ia juga didukung oleh istrinya. “Jika ada anggrek di rumah yang berbunga, biasanya dipakai sama istri saya untuk hiasan meja makan, meja ruang tamu, atau hiasan lainnya. Jadi bisa dibilang istri saya memanfaatkan apa yang ada,” paparnya.
Lulus juga menyampaikan jika Anggrek Dasi yang kini dipamerkan itu tidak diperjualbelikan. Namun, ia tidak menutup kemungkinan menjual anggrek dasi lainnya yang kini ada di Malang. (Apsari/Sinta/Wulan/balipost)