A.A. Rai Tirtawati menunjukkan tas kulit lukis yang diproduksinya. (BP/wulan)

DENPASAR, BALIPOST.com – A.A. Rai Tirtawati (60) namanya. Seorang dosen sekaligus pemilik usaha tas kulit.

Biasa dipanggil Bu Gung, ia merupakan dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dwijendra. Ditemui di Kampus Dwijendra, baru-baru ini, Bu Gung menuturkan awal mulanya membuka usaha tas kulit lukis dan ukir.

“Berawal dari 2015 dulu, ibu belajar mempromosikan produk orang lain melalui jadi reseller, ngambil barang ke orang lain setelah akhirnya berkembang, banyak pemesan akhirnya Bu Gung sendiri langsung mencari tukang,” jelasnya.

Dikisahkannya, saat COVID-19 melanda pada 2020, usahanya juga terdampak. “Akhirnya sempat mandeg lah. Sempat mandeg artinya produk yang sudah kita produksi itu tidak sempat kita pasarkan,” jelas dosen yang mengampu mata kuliah Ilmu Komunikasi Bisnis ini.

Baca juga:  Revolusi 4.0, Industri Jasa Boga Diminta Gabungkan Bisnis Online-Offline

Dalam memasarkan produknya, ia melakukannya lewat pameran, bertemu langsung dengan pembeli, maupun lewat online. Usahanya dengan nama Bali Ethnic Leather Bag (BeelBi) ini tak hanya memproduksi tas kulit. “Ada beberapa dari saudara ibunya Bu Gung yang bisa ukir dan ngelukis diberdayakan, akhirnya produk tasnya Bu Gung menjadi tas lukis dan ukir. Sebelumnya tas-tas kulit biasa, ada dari kulit sapi, ada dari kulit kambing begitu,” paparnya.

Produksi tas kini tak hanya di Bali. Sebab sang anak, Dewa Ayu Ratih, yang kini tinggal di Bogor karena mengikuti suaminya yang seorang prajurit TNI, juga memproduksi tas kulit ini dan dipasarkan lewat e-commerce.

Baca juga:  Rekapitulasi Suara Pemilu 2024 di Bali, Ini Jadwalnya di 9 Kabupaten/Kota

Pemasaran produk ini pun relatif eksklusif sebab dirinya tak membuka toko fisik. “Tidak membuka toko. Kalau ada yang nyari, baru dateng ke rumah, kalau ada yang pameran ibu ikut,” ujarnya.

Saat ini, omzet penjualan tas bisa mencapai Rp600 juta setahun. Dalam bisnisnya ini, ia mengisahkan banyak pasang surut. Seperti contohnya, saat ini permintaan mengalami penurunan karena banyaknya pesaing yang menjual tas kulit dengan harga lebih murah.

Meski persaingan relatif ketat, ia sudah memiliki pelanggan tetap sehingga selalu menjaga kualitas produknya. “Pelanggannya orang-orang tertentu dan memang menyukai kulit dan yang berkualitas. Intinya, Bu Gung punya pelanggan tetap,” tegasnya.

Baca juga:  Terbukti Mencuri, Oknum Pilot Dituntut Lima Bulan

Untuk produk yang diminati, dompet kulit menempati posisi pertama. Selain itu, tas selempang untuk remaja juga cukup banyak yang membeli. Produk yang dijualnya dibanderol mulai 250 ribu hingga jutaan rupiah.

“Untuk ke depannya nanti tetep kita itu apalagi zamannya sekarang teknologi semakin canggih, kita tanpa punya toko pun tetep berjalan. Jadi sekarang kita tetep punya pelanggan tetap, anak Bu Gung yang memasarkan sekarang.” (Wulan/balipost)

BAGIKAN