Jung Is dan Jambe menyiapkan pesanan pembeli di acara car free day yang digelar di Lapangan Renon, Denpasar. (BP/Sinta)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sagung Istri (23) atau kerap disapa Jung Is berjualan bersama dengan pacarnya yang akrab disapa Jambe (22). Pasangan muda ini menjalani kisah cintanya dengan melakukan kegiatan produktif yang menghasilkan uang dan tentunya dapat dicontoh kalangan anak muda zaman sekarang.

Ditemui di tempat usahanya di Jl. Tukad Barito, Denpasar, baru-baru ini, Jung Is dan Jambe menceritakan awal mulanya berjualan Mango Sticky Rice. Mango Sticky Rice merupakan makanan penutup (dessert) yang berasal dari Thailand yang terbuat dari beras ketan, mangga, dan santan.

Jung Is dan Jambe menamai usaha mereka yakni Jamis. Jambe mengatakan jika nama Jamis ini berasal dari nama mereka berdua. “Jamis itu sebenarnya singkatan dari Jambe dan Jung Is,” ungkap Jambe.

Baca juga:  Wagub Cok Ace: Digitalisasi Kunci Membuka Potensi Ekonomi Baru di Bali

Jung Is mengutarakan pilihan jatuh pada kudapan asal Thailand ini karena awalnya ingin mencoba dan merasa di Bali jarang yang menjual. “Waktu itu ada yang viral di Tiktok tapi lokasinya di Yogyakarta, trus jadi pengen jual ini. Habis itu cari-cari kok gak ada yang di Bali, akhirnya Jambe ngajak buka usaha ini,” ungkap Jung Is.

“Pas juga lagi musim mangga juga waktu itu, ya … udah coba jualan,” timpal Jambe.

Baca juga:  Bali Jadi Provinsi Pertama Terima Bantuan PMK, Diminta Tak Dibelikan Motor

Pasangan ini menjual Mango Sticky Rice dengan harga Rp 25.000 per box. Tak cuma menjual mango sticky rice, mereka juga menjual minuman kekinian, Es Durian Kocok, Es Alpukat Kocok serta Mango Juice Monster.

Sudah sejak Oktober 2022, keduanya memulai usaha kuliner itu. Jamis juga buka lapak saat Car Free Day (CFD) di Lapangan Renon. Makanan dan minuman mereka juga dapat dipesan lewat aplikasi. Dengan harga Rp 25.000 per box, pasangan muda ini mampu menjual 40 kg buah mangga per harinya pada saat berjualan di CFD.

Berbisnis di usia muda tentu banyak suka dan duka. Ditanya soal ini, mereka mengaku terkendala dengan harga mangga yang naik 4 kali lipat jika tidak pada musimnya. “Kalau harga mangga turun, kita pasti jualnya lebih murah juga, untuk sekarang kita gak berani menetapkan harga karena kasian juga customer-nya, biar dapet juga customer-nya harga yang murah, misalkan harga mangga kalau musim itu Rp 10.000 per kilo kalo gak musim bisa Rp 40.000 per kg nya,” ungkap Jung Is.

Baca juga:  Diawali Suara Ledakan, Bengkel Ludes Terbakar

Berkat ketekunan dan kekompakannya, sejoli ini bisa membuka toko yang berada di Jl. Tukad Barito Timur, Denpasar. (Sinta/balipost)

BAGIKAN