Deputi Kerja Sama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudanto memberi keterangan pers terkait Pertemuan Kelompok Kerja ASEAN SOMTC Terkait Pemberantasan Terorisme ke-19 (19th SOMTC WG on CT) di Kuta. (BP/ken)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Beberapa tahun terakhir, tren aksi terorisme di Indonesia mengalami penurunan. Dari catatan Global Terorism Indeks, tingkat aksi terorisme di Indonesia mengalami penurunan hingga 55 persen. Bahkan di 2022, aksi terorisme turun hingga 86 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini disampaikan Deputi Kerja Sama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudanto disela-sela pembukaan Pertemuan Kelompok Kerja ASEAN SOMTC Terkait Pemberantasan Terorisme ke-19 (19th SOMTC WG on CT) di Kuta, Badung, Kamis (18/5). Menurut Andhika dilihat dari pernyataan Kapolri tahun 2022 penyerangan dilakukan oleh teroris mengalami penurunan sampai 86 persen. “Kalau kita lihat baik itu dari catatan internasional maupun nasional sendiri penyerangan teroris menurun di Indonesia,” ujarnya.

Baca juga:  PDIP Bersiap Umumkan Pendamping Ganjar di Pilpres 2024, Rumah Megawati Dijaga Ketat

Indikator penurunannya, kata dia, bisa dilihat dari berapa jumlah sisi penyerangan. Yang dipakai Global Terorism Indeks ada tiga faktor utama, yaitu dari jumlah kematian, serangan dan dampak sosial ekonomi.

Contohnya aksi bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar. “Mereka lihat dari lima kematian tidak banyak seperti tahun sebelumnya, sehingga dinilai turun,” ungkapnya.

Sedangkan pada 2021 ada dua atau tiga serangan dan pada 2022 hanya satu serangan sehingga indeksnya turun. Misalnya Bom Bali dampak sosial ekonominya terjadi penurunan kunjungan wisatawan.

“Kalau di Astana Anyar itu tidak berdampak terhadap perekonomian. Dampaknya sosial tapi negara wajib melakukan penanganan. Intinya walaupun penyerangan itu turun kita tidak bisa workplay (main-main),” tegas Andhika.

Baca juga:  Pasien Positif COVID-19 "Imported Case" dan Transmisi Lokal Bertambah

Menurutnya masyarakat bisa melihat daftar terduga teroris dan organisasi teroris yang dikeluarkan BNPT. Masyarakat juga bisa memantaunya. “Di dalam daftar itu sudah ada yang menjadi kelompok-kelompok teroris,” kata Andhika.

Divhubinter Polri menyelenggarakan pertemuan kelompok kerja Asean SOMTC terkait pemberantasan terorisme ke-19 (19th SOMTC WG on CT) di Kuta, Kamis (18/5). Pertemuan tersebut merupakan wadah bagi anggota ASEAN untuk berkumpul dan mendiskusikan strategi serta inisiatif dalam upaya pemberantasan terorisme di wilayah Asia Tenggara.

Salah satu agenda utama pertemuan ini adalah presentasi dari setiap negara anggota Asean mengenai pembaruan strategi nasional. Selain itu upaya dalam pemberantasan terorisme di negara masing-masing maupun di level kawasan. Sesi ini memberikan peluang untuk bertukar wawasan, pengalaman, praktik terbaik hingga hambatan yang dihadapi.

Baca juga:  Penggerebekan Pabrik Narkoba di Tibubeneng, Dua WNA Masih Buron

Menurutnya, persiapan dialog pemberantasan terorisme antara Asean-Australia yang akan datang juga menjadi fokus pada pertemuan ini. Hasil dari pertemuan ini nantinya akan dibawa ke pertemuan pejabat senior ASEAN yang menangani Kejahatan Lintas Negara atau biasa disebut ASEAN SOMTC (Senior Officials Meeting on Transnational Crime).

Selanjutnya hasil pertemuan ini juga akan dilaporkan ke forum pertemuan menteri-menteri ASEAN yang menangani kejahatan lintas negara atau yang biasa disebut AMMTC (ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime) akan dilaksanakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2023. Pertemuan akan dipimpin Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.(kerta negara/balipost)

BAGIKAN