DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 yang berlangsung 3 tahun ternyata mendongkrak penjualan produk wadah makanan berbahan plastik premium. Sebab, di saat pandemi melanda, tren membawa makanan sendiri, baik itu untuk pelajar maupun pekerja kantoran mengalami peningkatan. Wadah dengan harga terjangkau tapi berkualitas pun menjadi pilihan masyarakat.
Salah satu pelaku industri wadah makanan plastik (plasticware) ini, Hermanto Tanoko, mengakui terjadi peningkatan penjualan pada produk wadah makanan di saat pandemi. Founder dan President Moorlife yang juga mempunyai beragam bisnis selain produk kemasan itu mengatakan dalam 2 tahun terakhir, penjualan justru mengalami kenaikan signifikan.
“Jadi sebelum 2 tahun terakhir itu, Moorlife selalu rugi. Namun sejak dua tahun ini, pendapatan justru mengalami peningkatan, tidak lagi merah (rugi, red),” ujarnya ditemui di sela-sela konferensi yang dihadiri 1.000 entreprenuer sukses se-Indonesia, Sabtu (20/5) di Denpasar.
Ia yang sudah berkecimpung di bisnis ini selama 10 tahun akhirnya mengalami sukses karena tingginya permintaan terhadap wadah makanan berbahan plastik premium tersebut. Bahkan, saat ini pihaknya telah melakukan ekspor ke lebih dari 10 negara, di antaranya Filipina, Brunei Darussalam, Mauritius, Dubai, Laos, dan Kamboja. “Nilai ekspor sudah mencapai Rp100 miliar,” ungkapnya.
Di tengah meredupnya bisnis wadah makanan sejenis yang berasal dari Amerika Serikat, ia optimis produk lokal mampu bersaing. Sebab, meski kualitasnya ditingkatkan, biaya produksinya relatif bisa ditekan karena menggunakan bahan-bahan lokal. “Buktinya, pertumbuhan penjualan selalu double digit dan menyentuh rekor omzet terbesar sejak pandemi,” sebut Hermanto.
Ke depan pun, Hermanto berencana melakukan initial public offering (IPO). “Kami menargetkan lima tahun lagi IPO. Karena untuk penghasilannya minimal sudah mencapai 500 miliar lah,” sebut Hermanto didampingi Direktur Creative Moorlife Network (CMN), Adi Suwono.
Disampaikan Hermanto, produk buatan dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri juga tak terlepas dari dorongan Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya mencintai produk dalam negeri. Perintah Jokowi untuk lebih meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, diakuinya menjadi penyemangat dan memberikan tempat bagi produk-produk buatan lokal lebih berkembang.
Bebas BPA
Terkait produknya, ia mengatakan saat ini pihaknya berproduksi menggunakan bahan-bahan yang foodgrade dan bebas dari bisphenol A (BPA). Seperti diketahui, BPA adalah zat kimia yang sudah digunakan secara luas sejak tahun 1950-an.
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa BPA di dalam kemasan makanan bisa terurai dan masuk ke dalam makanan yang tersimpan di dalam kemasan tersebut. Penggunaan wadah makanan yang tidak tepat bisa memicu pelepasan BPA yang lebih banyak. BPA disebut bisa memicu berbagai masalah kesehatan di otak dan kelenjar prostat pada janin, bayi, dan anak-anak.
Walaupun penelitian tentang BPA masih sangat terbatas, penggunaan BPA telah dilarang di beberapa negara, seperti Kanada, China, dan Malaysia. Larangan ini umumnya berlaku untuk produk khusus bayi dan anak-anak.
“Ini artinya, produk-produk kami sudah ramah lingkungan dan bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, artinya tidak sekali pakai. Bahkan, kami punya garansi seumur hidup dengan catatan produk digunakan sewajarnya,” paparnya.
Untuk pemasaran, pangsa pasar terbesar, disampaikan Adi, berada di Sumatera. Sedangkan di Bali yang dinilainya merupakan pasar potensial, masih relatif kecil penjualannya. (Diah Dewi/balipost)