DENPASAR, BALIPOST.com – Gempa Tektonik mengguncang wilayah Buleleng, Bali pukul 01.41.50 Wita, Selasa (24/5). Gempa bumi berkekuatan M=4,4 SR ini terjadi bertepatan dengan Rahina Suci Pagerwesi.
Sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita dari Geria Agung Sukawati, Gianyar mengungkapkan bahwa gempa di sasih sadha bertepatan dengan hari buda kliwon sinta (Hari Suci Pagerwesi), harus diwaspadai oleh manusia di muka bumi. Apalagi, manusia sudah dibekali Tri Pramana, yaitu bayu, sabda, dan idep.
Dijelaskan, secara filosofis-metafisis makna gempa yang terjadi ini akan ada “akweh” bertebaran energi negatif “kala nara mangsa”. Ke depannya tanaman pangan jauh dari hasil “sarwa tinandur geseng”, penyakit meluber “gering uyang”, sasab mrana makweh, eweh sang angawa negara (pemerintahan menemui kendala/kesulitan) dan beberapa hal-hal negatif harus sigap-siaga ditanggulangi.
Sehingga, kalau bisa sesegera mungkin untuk bisa ke keadaan normal dengan berbagai cara. Salah satunya jangan lupa mengadakan upacara. Meskipun dalam skala kecil, namun dibarengi dengan niat yang tulus dan ikhlas.
“Upacara kecil pun berguna juga, tidak harus besar, besar tidak tahu filosofisnya percuma juga. Walaupun kecil dengan tulus ikhlas tahu makna siapa yang diberikan manifestasi Tuhannya, itulah yang patut diketahui. Tanyakan kepada orang “pintar” atau susastra Hindu yang telah diwarisi dari turun temurun, jangan tidak waspada, jangan tidak percaya, semoga jagat ini dan segala isinya memberikan kemakmuran kepada kita bersama dan senantiasa dilindungi olehNya,” tandas Ida Sulinggih. (Winatha/balipost)