Tradisi ngarak bade di Desa Adat Kutapang, menjadi tradisi yang dinanti-nanti warga setempat pada setiap upacara ngaben massal berlangsung, setiap lima tahun sekali. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Dalam setiap pelaksanaan ngaben massal, selalu diisi dengan tradisi ngarak bade. Namun, pelaksanaannya berbeda-beda di setiap desa adat. Seperti di Desa Adat Kutapang, Nusa Penida, Klungkung, pelaksanaan ngarak bade, justru dilaksanakan di pesisir pantai setempat. Ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun di desa adat ini.

Tradisi ngarak bade di Desa Adat Kutapang, menjadi tradisi yang dinanti-nanti warga setempat pada setiap upacara ngaben massal berlangsung, setiap lima tahun sekali. Pelaksanaan tradisi ini menjadi keunikan tersendiri, bahkan kerap menjadi bidikan para pencari foto budaya, karena pemandangan ini jarang terjadi di Bali.

Ketua Panitia Ngaben Massal di Desa Adat Kutapang, I Wayan Pageh, menyampaikan upacara pitra yadnya ngaben secara massal ini, sudah direncanakan dan dipersiapkan sejak setahun lalu. Kali ini ngaben massal di desa adat ini, diikuti 50 sawa. Setiap sawa dikenakan biaya Rp12 juta. Biaya yang dikeluarkan oleh warga tersebut tidak hanya sebatas upacara ngaben, melainkan sampai upacara nuntun pitara.

Baca juga:  Masih Langka, Minyak Curah Hanya Dijatah untuk IRT dan UMKM

“Kami mempersiapkan dengan matang, baik perencanaan hingga pembiayaan. Hal ini untuk memastikan berapa iuran yang akan dikeluarkan hingga mencukupi sampai tuntas sampai upacara nuntun,” katanya.

Desa Adat Kutapang yang terdiri dua banjar yakni Banjar Kutapang Kauh dan Kangin dengan tujuh soroh. Seluruhnya berpartisipasi dalam puncak ngaben massal yang berlangsung pada Rabu, (16/5) lalu. Bendesa Adat Kutapang I Made Sinta mengutarakan upacara ngaben massal sudah menjadi tradisi desa adat ini, dengan tradisi ngarak badenya di tepian pantai. Bade diarak menyusuri tepi pantai sejauh 300 meter menuju setra setempat.

Baca juga:  Bupati Suwirta Buka FGD Pengukuran Indeks Stabilitas Politik Tahun 2021

“Kalau setra-nya berada di dekat pantai, ngarak bade-nya dilakukan di tepi pantai. Termasuk desa kami, Desa Adat Kutapang. Ini sudah menjadi budaya secara turun temurun,” katanya.

Tak hanya warga Kutapang saja yang menyaksikan pelaksanaan tradisi ini, warga lainnya juga ikut beramai-ramai menonton. Termasuk wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida. Ngarak bade yang menarik ini, menjadi bagian atraksi budaya yang adi luhung yang diwariskan secara turun-temurun. Tidak hanya Desa Adat Kutapang, tetapi desa adat lainnya yang setranya dekat pantai, juga melakukan ngarak bade di tepi pantai.

Baca juga:  Kasus Ijazah Palsu, Massa Pendemo Kecewa Penjelasan Kapolres Klungkung

Secara kebersamaan upacara ngaben meringankan beban masyarakat baik secara material dan tenaga. Dengan pelaksanaannya secara bersama-sama, terbangun kedekatan secara emosional antara warga yang berada di perantauan Denpasar, perantauan di luar Bali, dengan warga setempat. Pihaknya berharap pelaksanaan tradisi ini tetap dapat dilestarikan, sebagai salah satu identitas Desa Adat Kutapang. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN