DENPASAR, BALIPOST.com – Tujuh zona wilayah (zom) di Bali telah memasuki musim kemarau karena jumlah curah hujan rendah dalam tiga dasarian berturut-turut. “Itu awal musim kemarau 2023,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (25/5).
Berdasarkan pengamatan BMKG per 20 Mei 2023, tujuh zona yang masuk musim kemarau itu yakni zona 417 di sebagian besar wilayah Jembrana.
Kemudian, zona 418 di Jembrana bagian barat dan Buleleng bagian barat, zona 424 di Buleleng bagian utara, zona 428 di Karangasem bagian timur, dan zona 434 di Gianyar bagian selatan, Klungkung bagian selatan dan Karangasem bagian selatan.
Selanjutnya di zona 435 di Badung bagian selatan, Gianyar bagian selatan, Tabanan bagian selatan dan Denpasar serta zona 436 di Nusa Penida.
BMKG juga mendata dua zona yang terindikasi masuk musim kemarau yakni zona 421 di Buleleng bagian selatan dan zona 425 di Buleleng bagian utara, timur, dan Karangasem bagian utara.
Sedangkan jika diamati per titik pos pengamatan hujan hingga 20 Mei 2023 terdapat 35 titik pos yang sudah memasuki musim kemarau yaitu di daerah pesisir Bali.
Selain itu, ada 10 pos pengamatan hujan yang terindikasi masuk musim kemarau yaitu Pos Munduk, Baturiti, Sukasada, Bondalem, Les, Sambirenteng, Kahang-kahang, Cempaga, Bangli dan Kapal.
Ada pun berdasarkan penjelasan Stasiun Klimatologi Bali, awal musim kemarau ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian atau 10 hari kurang dari 50 milimeter dan diikuti dua dasarian berikutnya.
Permulaan musim kemarau bisa terjadi lebih cepat (maju), sama atau lebih lambat (mundur) dari normal curah hujan dalam 30 tahun terakhir yakni 1991-2020.
BMKG sebelumnya memperkirakan puncak musim kemarau di Bali pada Juni-Juli 2023 di 20 zona wilayah, sebanyak 55 persen zona di antaranya sudah masuk kemarau pada Juni dan sisanya pada Juli 2023. (Kmb/Balipost)