SINGARAJA, BALIPOST.com – Pura dengan nilai sejarah yang tinggi banyak dijumpai di Kabupaten Buleleng. Salah satunya Pura Ponjok Batu yang terletak di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula.
Tidak ada catatan riil mengenai waktu berdirinya dari bangunan Pura Ponjok Batu. Hanya saja, keberadaan pura ini memiliki peran penting pada peristiwa datangnya Pendeta Siwa Sidanta, Danghyang Nirartha pada abad ke-15 Masehi.
Di balik semua itu, sekitar Kawasan Pura Ponjok Batu terdapat kawasan tempat melukat dan pesucian oleh masyarakat. Kawasan yang terletak di sebelah utara Pura Ponjok Batu dinamakan Pura Segara Taman Beji.
Pura Segara Taman Beji sendiri berada di wewidangan Desa Adat Bangkah, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula. Pura ini memiliki keunikan tersendiri, salah satunya terdapat 5 sumber mata air yang disebut Panca Tirta.
Kelian Desa Adat Bangkah, I Nyoman Renes menjelasan Kawasan pura ini memang menjadi satu Kawasan dengan pura Ponjok Batu. Bahkan Kawasan Pura Segara Taman Beji ini diperuntukan tidak hanya untuk masyarakat di Desa Adat Bangkah, melainkan untuk masyarakat umum.
“Pemedek yang ingin melukat di Pura Segara Taman Beji Ponjok Batu tidak hanya dari krama kami sendiri, dari luar juga banyak. Bagi masyarakat yang ingin temukan, kami tidak kenakan biaya, hanya saja membawa banten pejati, klungah nyuh gading dan bunga berjumlah ganjil,” ucapnya.
Sementara itu, Pengempon Pura Ponjok Batu, Mangku Nengah Widi mengatakan Pura Segara Taman Beji banyak didatangi oleh umat Hindu di Bali untuk sembahyang sekaligus melukat di sumber mata air tersebut. Mata air itu berada tepat di areal pesisir pantai.
Kebanyakan yang datang untuk melukat mempunyai berbagai tujuan salah satunya untuk nunas tamba karena mengalami sakit nonmedis. “Biasanya masyarakat (Pemedek) yang melukat ke sini untuk meminta keselamatan, mensucikan diri dan kesembuhan,” jelasnya.
Bahkan Tidak sedikit orang yang sembuh setelah melukat di panca tirta. Bahkan beberapa di antaranya mengalami kejadian aneh saat melukat, seperti muntah darah, tidak bisa membedakan rasa mata air asin dan tawar, hingga mengeluarkan jarum dari mulut.
“Selain panca tirta, di sini juga ada toya kelebutan disebut tirta pasupati yang digunakan untuk prosesi upacara seperti membersihkan pratima, serta upacara setelah ngaben,” jelasnya. (Nyoman Yudha/balipost)