Foto yang diambil pada 14 September 2020 ini memperlihatkan pemandangan luar markas besar PBB di New York, (BP/Dokumen Antara)

NEW YORK, BALIPOST.com – Di saat terakhir bagi upaya Seoul untuk memperoleh kursi di Dewan Keamanan (DK) PBB, dengan sisa waktu hanya 10 hari sebelum pemungutan suara, Korea Selatan (Korsel) mengintensifkan upaya diplomatik.

Korsel, yang terakhir duduk di dewan pada 2013-2014, ingin kembali ke dewan itu untuk periode 2024-2025, dan PBB akan melakukan pemungutan suara untuk pencalonannya tersebut pada 6 Juni.

Jika terpilih, itu akan menandai ketiga kalinya bagi Korsel menjadi salah satu dari 10 anggota tidak tetap DK PBB. Sebelumnya, Korsel menduduki kursi itu selama periode 1996-1997.

Baca juga:  Ketua Komisi I DPRD Bali, Nyoman Budi Utama Gantikan Adnyana

Korsel berharap kembali ke dewan itu karena berupaya memperluas perannya dalam kegiatan PBB untuk perdamaian dan keamanan internasional. Kembalinya Korsel ke dewan tersebut juga akan membantu mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea, kata beberapa pejabat.

Korea Utara (Korut), yang menunjukkan sedikit tanda-tanda untuk berdialog, telah meningkatkan pengembangan program nuklir dan rudal mereka.

Pada akhir Maret, Pemimpin Korut Kim Jong-un memerintahkan perluasan produksi bahan nuklir tingkat senjata untuk peningkatan persenjataannya sebesar-besarnya.

Duta Besar Korsel untuk PBB Hwang Joon-kook mengatakan kepada Kantor Berita Yonhap dalam sebuah wawancara bahwa Seoul akan “mendapatkan pijakan” untuk memainkan peran utamanya dalam urusan global jika mereka memenangkan kursi di dewan tersebut.

Baca juga:  I Made Manipuspaka Deg-degan Tampil di Korea

“Dewan Keamanan adalah organisasi paling representatif yang bertanggung jawab mewujudkan negara pusat global, negara kontributor global dan negara global yang bertanggung jawab,” kata Hwang, dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (28/5).

Jika Korsel kembali ke dewan tersebut, itu “akan menjadi kesempatan memperluas cakrawala diplomatik kami,” kata Hwang.

Hwang mengatakan, Korsel kemungkinan akan memenangkan kursi di dewan tersebut karena mereka adalah satu-satunya negara kandidat di Asia. Anggota tidak tetap saat ini meliputi: Albania, Brasil, Gabon, Ghana, dan Uni Emirat Arab (UEA) – lima negara yang baru terpilih pekan lalu – serta India, Irlandia, Kenya, Meksiko dan Norwegia.

Baca juga:  Media Australia Kabarkan Percekcokan Presiden Prancis dan PM Australia

Dewan tersebut mengganti setengah dari anggota tidak tetapnya setiap masa jabatan dua tahun. Untuk memenangkan kursi tidak tetap, sebuah negara perlu mengamankan sedikitnya dua pertiga suara dari negara-negara yang menghadiri majelis umum, yaitu dari sebanyak 193 negara anggota. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN