Ketua DPRD Tabanan, I Made Dirga S.Sos, memegang salah satu pusaka, Keris Kebo Taruna atau Kebo Iwo yang panjangnya mencapai sekitar empat meter. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Upacara perayaan Tumpek Landep, yang biasanya berkaitan dengan penghormatan terhadap ilmu pengetahuan dan kecerdasan, telah mengalami pergeseran makna. Hal ini menjadi perhatian Ketua DPRD Tabanan, I Made Dirga S.Sos, yang juga turut merasakan terhadap perubahan yang terjadi.

Mengembalikan makna tersebut, tepatnya di Kedatuan Kawista, Desa Belatungan, Dirga ikut serta dalam prosesi nedunang puluhan keris pusaka. Keris-keris tersebut merupakan koleksi langka dari Ida Sri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pemayun. “Hari ini, Jumat (2/5) telah dilakukan mesucian ke Pantai Soka,” ujar Dirga.

Baca juga:  Dari Sejumlah Rumah di “Kampung Jawa” Denpasar Ambruk hingga Arus Lalin Bandara Ngurah Rai Dialihkan

Setelah mesucian, puluhan keris pusaka ini akan dilakukan pujawali pada Sabtu (3/6), tepat pada Tumpek Landep. Bahkan politisi asal Desa Sudimara ini sempat memegang salah satu pusaka, Keris Kebo Taruna atau Kebo Iwo yang panjangnya mencapai sekitar empat meter. “Ini luar biasa. Pusaka-pusaka ini memiliki aura yang kuat,” ujarnya.

Menurut Dirga, sebelumnya perayaan ini sering kali dikaitkan dengan penghormatan terhadap kecerdasan dan ketajaman ilmu pengetahuan, yang dilambangkan dengan keris pusaka. Namun, ia mencatat adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Baca juga:  Tumpek Landep, Bukan Hanya “Mayasin” Motor

Perayaan Tumpek Landep kini juga melibatkan upacara yang berkaitan dengan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Menyadari perubahan tersebut, menurutnya Gubernur Bali, Wayan Koster, telah mengeluarkan Instruksi Nomor 05 Tahun 2022. Instruksi ini bertujuan untuk mengembalikan makna asli perayaan Tumpek Landep dan memastikan bahwa upacara Jana Kerthi dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal Sad Kerthi dalam Bali yang baru.

Dirga, menyampaikan harapannya agar masyarakat, terutama generasi muda, lebih peka dan mau belajar tentang kearifan lokal yang ada di Bali. Dengan pemahaman dan penghargaan yang lebih dalam terhadap warisan budaya Bali, diharapkan kebudayaan Bali dapat tetap lestari dan diteruskan kepada generasi mendatang.

Baca juga:  Kasus DID Tabanan 2018, Sejumlah Pegawai Kemenkeu Diperiksa

Perubahan makna dalam perayaan Tumpek Landep diakuinya memang merupakan fenomena menarik yang mencerminkan pergeseran sosial dan budaya. Meskipun perubahan tersebut telah menarik perhatian banyak orang, tetapi kesadaran akan pentingnya menjaga kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional tetap menjadi prioritas. Dengan demikian, keunikan dan kekayaan budaya Bali akan tetap mekar dan menginspirasi masyarakat di masa depan. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN