Sejumlah warga dan Perumda Air Bersih Jembrana saat mencari sumber air gravitasi di Yehembang Kauh. Ratusan KK di Yehembang sudah berbulan-bulan tak dapat air bersih dampak rusaknya sumber air akibat banjir bandang Oktober lalu. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Ribuan keluarga di Kecamatan Mendoyo sudah berbulan-bulan krisis air bersih. Kondisi ini diakibatkan pasokan air bersih dari Perumda Tirta Amerta Jati Jembrana terputus akibat bencana banjir bandang Oktober tahun lalu.

Sedikitnya 400 KK di sekitar Desa Yehembang kesulitan air dan sebagian besar mencari air dari sungai maupun ke sumber air lain. Kondisi serupa juga dialami hampir 800 KK di Desa Penyaringan akibat dampak yang sama. Jadi total sekitar 1.200 KK terdampak di Kecamatan Mendoyo.

Direktur Perumda Tirta Amerta Jati Jembrana, I Gede Puriawan, Rabu (7/6), mengatakan, dua lokasi di Kecamatan Mendoyo itu diakui masih kesulitan untuk mendapatkan air minum. “Dampak dari banjir bandang tahun lalu, sumber air minum untuk pipa kita rusak. Baik di Yehembang maupun Penyaringan,” kata Puriawan.

Baca juga:  Sakit Tidak Kunjung Sembuh, IRT Tewas Gantung Diri

Di Desa Yehembang, menurutnya sudah ada upaya antisipasi bersama Desa mencari sumber air gravitasi baru yang lokasinya lebih jauh dari sumber sebelumnya. Perumda bersama desa juga sudah melakukan survei dan kalkulasi biaya untuk pipanisasi serta bak penampungan. “Perkiraan anggaran diperlukan 1,5 miliar rupiah, masih diajukan. Disana ada sekitar 400 KK yang terdampak belum dapatkan air bersih,” ujarnya.

Perbekel Yehembang, Made Semadi, dikonfirmasi terpisah mengakui masih ada sekitar 400 KK yang belum mendapatkan air bersih dampak banjir bandang tahun lalu. Sehingga sudah berbulan-bulan warga mencari air di Sungai atau telebusan dekat permukiman. “Banjir mengakibatkan pipa saluran dari sumber air putus dan merusak juga sumber air. Ada tiga Banjar dan satu Banjar di Yehembang Kauh yang terdampak kesulitan air bersih sampai sekarang ini,” tandasnya.

Baca juga:  Pagar Dibobol, Gilimanuk Masih Rawan Jalur Tikus

Desa sebenarnya selain dari pipa Perumda Air Bersih sudah berupaya membuat sedikitnya tiga sumur bor namun tidak cocok karena airnya mengandung kapur. Begitu juga pipa hidram tidak maksimal karena debit air sungai dan saluran subak menurun.

Solusi teranyar adalah dengan mencari sumber air gravitasi baru bersama Perumda Air Bersih Jembrana. Dan elah ditemukan namun jaraknya lebih jauh masuk Yehembang Kauh. Sehingga perlu dilakukan pemasangan pipa lagi. Semadi mengakui ada tiga Banjar di antaranya Kaleran, Kaleran Kauh dan Wali. Satu Banjar di Yehembang Kauh juga terdampak yakni Banjar Jati. Pihaknya berharap tahun ini proposal anggaran untuk sumber air bersih ini disetujui dan dapat memenuhi kebutuhan air bersih warga. (Surya Dharma/Balipost)

Baca juga:  Kemarau Diprediksi hingga November, Distribusi Air Bersih Dioptimalkan
BAGIKAN