I Nyoman Sucipta. (BP/Istimewa)

Oleh I Nyoman Sucipta

Best practice pada pertanian perkotaan di sini adalah mengvisualisasi kembali tentang pengalaman terbaik dalam menghadapi permasalahan pertanian kota (urban farming), sehingga suatu lembaga terkait dapat terus memperbaiki untuk menjadi lebih baik. Dewasa ini, ketahanan pangan manjadi isu yang sering dibahas.

Ketahanan pangan tercermin dari terpenuhinya kebutuhan pangan setiap individu di suatu wilayah. Salah satu penyebab produk makanan impor memenuhi pasar Indonesia adalah produk lokal belum dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri. Hal tersebut dikarenakan tidak optimalnya tingkat produktivitas lahan.

Lebih dari itu, penyebab lain adalah adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian produktif menjadi lahan terbangun. Alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun menyebabkan berkurangnya lahan pertanian produktif. Perubahan penggunaan lahan tidak hanya mengubah bentuk fisik dari daerah tersebut tapi juga kehidupan
sosial masyarakatnya.

Perubahan guna lahan yang menyebabkan berkurangnya lahan pertanian produktif disadari atau tidak, lambat laun membuat penduduk berorientasi pada pekerjaan sektor sekunder dan tersier serta meninggalkan kegiatan pertanian (sektor primer). Keterbatasan lahan pertanian produktif tersebut dapat semakin menurunkan produksi bahan makanan di daerah tersebut.

Baca juga:  Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Perbatasan

Selanjutnya, penurunan produksi tersebut dapat meningkatkan impor bahan makanan. Pertanian perkotaan dengan pendekatan ergonomi dengan penelitian naratif dimulai dari identifikasi suatu masalah diperoleh dari berbagai aspek.

Selanjutnya dicarikan solusi sesuai dengan permasalahan yang ada dan bisa berupa perbaikan-perbaikan di tempat kerja. Dalam penelitian naratif, penulis berupaya untuk memahami pengalaman (diambil melalui dokumen atau sumber informasi pribadi) dari seseorang atau kelompok dengan cara mengumpulkan dan menganalisis cerita kehidupannya.

Pendekatan yang digunakan pada program pertanian
perkotaan disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan masyarakat tani (holistik). Weakness, dengan ada program pertanian perkotaan diharapkan untuk menghasilkan produk yang ergonomis (produktivitas tinggi) diterima oleh pengguna, mempunyai manfaat dan nilai tambah yang tinggi serta berkelanjutan.

Harapan tersebut tidak terlaksana karena berbagai keterbatasan terutama pola pikir tentang manfaat pertanian perkotaan. Pendekatan yang digunakan pada program pertanian perkotaan terkait dengan teknologi pertanian sudah beroperasi dan sarana prasarana produksi. Pendekatan yang digunakan pada kegiatan ini memperhatikan faktor-faktor lingkungan.

Baca juga:  "Passion", Modal Awal Memulai Aquaponik dan Hidroponik

Program pertanian perkotaan melibatkan semua masyarakat tani. Program pertanian perkotaan melibatkan tokoh masyarakat. Program pertanian perkotaan melibatkan pimpinan/ kepala lingkungan.

Program pertanian perkotaan melibatkan instansi terkait. Responden dilibatkan pada kegiatan monitoring dan evaluasi program pertanian perkotaan. Benefit Program pertanian perkotaan adalah suatu proses, dengan pendekatan yang ergonomi.

Risk seperti responden merasa tidak pernah dilibatkan program pertanian perkotaan (dari perencanaan sampai evaluasi) (partisipatori). Sistemik diartikan sebagai pendekatan dalam sistem dalam berbagai aspek yaitu aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (kontrol).

Walaupun demikian yang penting diperhatikan dalam perencanaan adalah faktor manusianya, karena yang dominan akan berinteraksi adalah manusia. Tata urutan aktivitas harus disusun sesuai dengan kronologisnya, terstruktur, tertib dan profesional berdasarkan fungsinya
serta memperhatikan interaksi dari sistem lain yang terkait.

Baca juga:  Jika Aku Seorang Kepala Desa

Holistik yaitu pendekatan yang dilakukan harus bersifat universal, fleksibel, sederhana, mudah difahami dan dikerjakan dari berbagai tingkatan skill serta mudah disesuaikan dengan sistem-sistem lain yang terkait, tidak sepotong-sepotong (disjointed incrementalis)
tetapi menyeluruh (komprehensif). Pendekatan ini lebih dominan pada proses kinerja yang bersifat berkelanjutan.

Interdisipliner yaitu pendekatan yang dilakukan harus melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terkait secara pro￾porsional dan profesional sejak awal perencanaan
hingga penerapan di masyarakat. Dan partisipatori yaitu pendekatan yang dilakukan harus melibatkan secara aktif dan proporsional semua unsur yang terlibat yaitu perencana, pelaksana, pelaku kebijakan dan seluruh stakeholders.

Untuk lebih memahami program pertanian perkotaan masyarakat tani dan lembaga terkait mengubah pola pikir tentang pertanian perkotaan dan mengimplementasikan sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

Penulis, Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

BAGIKAN