Suasana Global Oncology Summit Kalbe Farma yang digelar di Ungasan, Badung. (BP/may)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Pemerintah saat ini tengah gencar melakukan transformasi kesehatan, salah satunya dalam pengobatan kanker. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes, Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt., M.Pharm., MARS, Sabtu (10/6) mengatakan untuk merealisasikan kemandirian bidang pengobatan kanker ini tak bisa hanya dilakukan pemerintah.

“Pengembangan tersebut tidak bisa dikerjakan sendiri harus bekerjasama dengan private sector (sektor swasta),” ujarnya.

Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) Advisor, Ines Atmosukarto, Ph.D., mengatakan, sistem kesehatan Indonesia menghadapi banyak tantangan diantaranya, hanya 17% pembiayaan kesehatan untuk upaya pencegahan dan 67% pembiayaan untuk upaya pengobatan. Namun 90% upaya pengobatan yang dilakukan tidak efektif pada 50% pasien.

Baca juga:  Diduga Karena Ini, Mobil Pick-up Terbalik

BGSi adalah wujud nyata dari investasi Kemenkes dalam membangun aset nasional. Dalam membangun iklim inovasi tidak lepas dari akses pada beberapa hal yaitu sampel/spesimen, akses kepada spesimen berkualitas juga sangat penting.

Maka dari itu BGSi akan membentuk Biobank yang isinya spesimen dari berbagai jenis pasien. Selain itu dibutuhkan juga data yang seragam untuk semua rumah sakit dan yang penting adalah diperlukan aspek genomik untuk membuat sistem data tersebut.

Terkait hal ini, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius, dalam acara Global Oncology Summit Kalbe Farma, mengatakan, peningkatan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dan pemanfaatan teknologi dan digitalisasi dapat merevolusi perawatan kanker dan meningkatkan kesehatan pasien. “Kami mendukung upaya pemerintah untuk terus melakukan pengembangan dan pemanfaatan teknologi, digitalisasi, dan bioteknologi terutama di dalam negeri untuk memperkuat sektor kemandirian kesehatan di Indonesia,” ujarnya.

Baca juga:  Dua Daerah Ini, Sama-sama Laporkan 29 Warganya Terpapar COVID-19

Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Mulialie mengatakan, untuk mendukung kemandirian kesehatan dalam negeri, pihaknya juga memproduksi obat kanker di dalam negeri. Salah satunya Erlotinib sebagai obat kanker paru dengan tingkat TKDN yang tinggi.

Berkaitan dengan terapi kanker yang presisi dan personal, Kalbe telah menjadi pionir dalam diagnostik molekuler untuk kanker melalui layanan pemeriksaan Comprehensive Genomic Profiling (CGP) dengan teknologi Next Generation Sequencing (NGS) oleh KalGen Innolab. Melalui Stem Cell and Cancer Institute (SCI) yang dimiliki Kalbe, telah dikembangkan beberapa kit untuk deteksi mutasi pada lung cancer (kanker paru).

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Meningkat, Bali Kembali Lagi ke Zona Risiko Ini

“Sebelumnya juga telah memiliki track record untuk mengembangkan kit diagnostik berbagai macam jenis kanker, misalnya untuk kanker serviks, colorectal cancer,” tutur Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Sie Djohan.

Djohan menambahkan, layanan lain untuk kanker adalah pemeriksaan HPV untuk deteksi dini kanker serviks dan juga penyediaan obat-obatan berbasis bioteknologi dalam pengobatan kanker. Pihaknya secara aktif bekerja untuk berbagi kemajuan dan berkolaborasi dengan profesional perawatan kesehatan di seluruh dunia. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN