Oleh R Wulandari
Demam Coldplay melanda negara kita. Band asal London dan beraliran britpop ini dijadwalkan akan manggung di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 15 November 2023 mendatang. Ini adalah konser perdana Coldplay di Indonesia.
Kehadiran band yang dimotori Chris Martin dan berdiri sejak tahun 1997 ini nampaknya bakal memuaskan dahaga dan kerinduan para fans Coldplay di Tanah Air.
Lebih-lebih lagi bagi mereka yang tak sempat melihat langsung penampilan Coldplay saat melakukan tur Asia, enam tahun lalu, gara-gara Chris Martin Cs hanya tampil di Singapura, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang.
Animo masyarakat kita untuk menyaksikan konser
Coldplay di tanggal 15 November nanti terbilang sangat tinggi. Hal itu setidaknya tergambar dari ludesnya tiket yang ditawarkan lewat metode presale hanya dalam tempo 30 menit, pada Rabu (17/5) lalu. Harga tiket untuk konser Coldplay dipatok mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp11 juta, untuk kategori penonton yang berbeda-beda.
Konser musik sendiri, apapun jenis musiknya, sesungguhnya bukan sebatas ajang mempertemukan para penikmat dan penggemar musik dengan para musisi pujaan mereka. Namun, lebih dari itu, konser musik dapat menjadi wahana untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sehingga roda ekonomi berputar lebih kencang.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, seperti dikutip laman pajak.com, memproyeksikan bahwa dampak ekonomi dihelatnya konser Coldplay pada perekonomian nasional dapat mencapai sekitar Rp167 triliun. Angka ini dihitung dari potensi perputaran ekonomi, pendapatan usaha mikro kecil menengah (UMKM), akomodasi, pariwisata,
hingga penerimaan pajak.
Khusus menyangkut sektor pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sendiri menargetkan pendapatan dari wisatawan yang datang ke Indonesia untuk menonton konser Coldplay sebesar 25 juta dollar AS atau sekitar Rp373 miliar. Jumlah tersebut diperkirakan berasal dari kehadiran 10.000 hingga 12.000 wisatawan asing yang menonton konser Coldplay.
Sebagai salah satu negara yang sedang berupaya
meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, Indonesia sudah pasti memiliki kepentingan untuk selalu menjadi salah satu primadona tujuan wisata dunia. Tahun 2022 lalu, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 5,5 juta, melampaui target awal 3,3 juta.
Devisa yang diraup dari sektor pariwisata di 2022 sebesar 4,26 miliar dolar AS. Penyelenggaraan konser-konser musik yang berskala internasional di Indonesia dapat pula dijadikan salah satu instrumen dalam memperbesar peluang agar negara kita semakin banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
Maka, event konser musik perlu terus ditingkatkan, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga gaung dan dampak ekonominya akan semakin besar serta luas. Akan jauh lebih bagus lagi jika konser-konser musik yang berskala internasional dapat sering terselenggara di luar DKI Jakarta.
Dengan adanya konser-konser musik yang berskala internasional yang digelar di luar DKI Jakarta diharapkan daerah-daerah lain di negara kita akan lebih dikenal dan juga dikunjungi semakin banyak wisatawan. Dengan demikian, dampak kucuran ekonominya dapat lebih dirasakan secara langsung oleh daerah-daerah
yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan
konser musik.
Di samping dapat memaksimalkan peluang agar terciptanya peningkatan kunjungan wisatawan, konser musik, baik yang berskala nasional maupun internasional, dapat turut mendorong terciptanya kolaborasi antar elemen masyarakat. Oleh sebab itu, para pemangku kepentingan di daerah, baik dari sektor publik maupun sektor privat, perlu mampu memetakan potensi maupun menakar secara jeli terkait konser-konser musik apa saja yang kiranya dapat digelar dan berpotensi mengerek perekonomian lokal di daerah masing-masing.
Oleh sebab itu, mengembangkan konser musik rendah karbon menjadi tantangan tersendiri bagi para musisi, penyelenggara pertunjukan, para pecinta serta penikmat musik di tengah ancaman pemanasan global yang cenderung terus meningkat serta perubahan iklim yang dampaknya semakin nyata dewasa ini.
Dalam penyelenggaraan konser musik rendah karbon, segala aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan konser musik diupayakan agar turut mengurangi emisi karbon, mengurangi polusi, mengurangi produksi limbah, serta meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya. Misalnya saja, dalam hal penggunaan energi listrik untuk tata suara dan tata cahaya di panggung selama konser dilangsungkan, penyelenggara atau penampil dapat mengupayakan penggunaan sumber-sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan.
Penulis, Pemerhati Bisnis Berkelanjutan