DENPASAR, BALIPOST.com – Perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV Tahun 2023 yang mengusung tema “Segara Kerthi: Prabhaneka Sandhi” (Samudra Cipta Peradaban) akan dibuka, Minggu (18/6). Ajang seni tahunan milik masyarakat Bali ini bakal digelar hingga Minggu 16 Juli 2023 di tiga lokasi. Yaitu, Taman Budaya Art Center Denpasar menjadi venue utama, ISI Denpasar dan Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Menjelang H-4 berbagai persiapan telah dilakukan.
Kurator PKB XLV Tahun 2023, Prof. Dr. I Made Bandem, MA., dalam Dialog Merah Putih Bali Era Baru “Perhelatan PKB XLV, Pemuliaan Laut Sebagai Sumber Kehidupan” di Warung Coffee 63 A Denpasar, Rabu (14/6) mengatakan menjelang H-4 dibukanya PKB XLV Tahun 2023 berbagai persiapan telah dilakukan. Bahkan, kini persiapannya sudah mencapai hampir 98 persen. Sebagai tim kurator sudah sangat siap menyelenggarakan PKB yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat pecinta seni di Bali.
Dikatakan, bahwa pelaksanaan PKB XLV merupakan implementasi dari Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2020 yang menjadi strategi untuk perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan seni, seniman, pranata seni, dan lainnya. Oleh karena itu, pelaksanaan PKB XLV ini juga merupakan implementasi dari visi Gubernur Bali, “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semestas Berencana Provinsi Bali Menuju Bali Era Baru.
Prof. Bandem mengungkapkan bahwa materi PKB tahun ini lebih lengkap dibandingkan PKB tahun sebelumnya. Pasalnya, tahun ini terdapat 10 materi yang sangat lengkap akan digelar selama sebulan penuh. Diantaranya, materi kegiatan PKB XLV, meliputi Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Utsawa (Parade), Wimbakara (Lomba), Kandarupa (Pameran), Kriyaloka (Lokakarya), Widyatula (Serasehan), Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni), Jantra Tradisi Bali (Pekan Kebudayaan Daerah), dan Bali World Culture Celebration (Perayaan Budaya Dunia).
Terkait dengan tema PKB XLV, Prof. Bandem, mengatakan bahwa tema “Segara Kerthi” merupakan implementasi dari visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”. Dijelaskan, tema “Segara Kerthi: Prabhaneka Sandhi” (Samudra Cipta Peradaban) dimaknai sebagai upaya pemuliaan laut sebagai sumber kesejahteraan semesta yang menjadi asal mula lahirnya suatu peradaban. Samudra melambangkan keluasan ilmu pengetahuan, kedalaman nilai-nilai luhur sekaligus muara berpadunya berbagai cipta, rasa dan karsa umat manusia yang melahirkan kebudayaan yang adiluhung yang merepresentasikan peradaban Krama Bali yang luhur, unggul, dan kawista.
Samudra juga melambangkan peradaban Bali yang terbuka dengan berbagai kebudayaan masyarakat dari berbagai penjuru dunia serta berpadu secara harmonis dalam memberi warna pusparagam seni budaya Bali dan mengukuhkan Bali sebagai Pusat Peradaban Dunia (Bali Padma Bhuana). Sehingga, semua materi PKB merepresentasikan tema “Segara Kerthi” yang merupakan bagian dari Sad Kerthi.
Total sebanyak 19.009 orang seniman akan terlibat dalam perhelatan seni dan budaya tahunan ini dengan jumlah sajian seni sebanyak 498. Terdiri dari rekasadana (pergelaran) sebanyak 88 sajian seni, utsawa (parade) sebanyak 267 sajian seni, wimbakara (lomba) sebanyak 63 sajian seni, dan kandarupa (pameran) sebanyak 80 sajian seni.
Jumlah sajian seni ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022 yang hanya 285 sajian seni yang melibatkan sebanyak 16.179 seniman. Sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 216 sajian seni (melibatkan 7.955 seniman), tahun 2019 sebanyak 373 sajian seni (melibatkan 19.720 seniman), dan tahun 2018 sebanyak 363 sajian seni (melibatkan 18.850 seniman).
Pengamat Seni/Budayawan, Dr. I Kadek Suartaya, S.S.Kar.,M.Si., mengatakan PKB yang digekar setiap tahun menjadi ajang bagi para pelaku seni atau seniman untuk mengkreasikan kreativitas seninya. Sehingga, dengan PKB perkembangan kesenian di Bali semakin masif. Apalagi, model PKB yang dimulai sejak 1979 ini telah ditiru oleh beberapa daerah di Indonesia. Seperti, Festival Danau Toba dan lainnya. Namun, pergelaran seni tersebut tidak berjalan lancar dan konsisten seperti PKB. “Artinya, PKB itu suatu peristiwa yang sangat penting utamanya terhadap kehidupan dinamika berkesenian di Bali. Indikasinya adalah bagaimana sekarang masyarakat Bali terutama pelaku seni dan didukung oleh masyarakat pada umumnya sangat antusias menyongsong pesta kesenian Bali. Baik sebagai penonton maupun sebagai pelaku,” ujar Kadek Suartaya.
Dikatakan, bagi sekaa atau seniman yang mendapat kesempatan tampil di PKB merupakan suatu kehormatan bagi mereka. Menurutnya, PKB merupakan arena yang bergengsi bagi para seniman untuk bisa menyajikan cipta karya seni mereka masing-masing. Terlebih, menampilkan seni-seni yang primadona, seperti Gong Kebyar dan Baleganjur. “Jadi itu (tampil di PKB,red) betul-betul menjadi gengsi masing-masing sekaa, apakah itu banjar, desa, atau sanggar dapat tampil di PKB merupakan sesuatu yang sangat luar biasa,” tandasnya.
Tidak hanya menampilkan seni primadona, PKB juga menjadi ajang bagi para seniman untuk menampilkan seni yang belum diketahui oleh masyarakat luas, seperti Gambuh, Wayang Wong, dan seni lainnya yang termarjinalkan di Bali. Namun, dengan ditampilkan secara rutin dan kontinu setiap tahun pada ajang PKB, akhirnya diketahui dan dimaknai oleh masyarakat luas. Sehingga, seni-seni ini dapat diwariskan kepada generasi muda kita di Bali. (Winatha/balipost)