Sejumlah wisatawan berada di Tanah Lot, Tabanan. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Sempat vakum karena COVID-19, Badan Pengelola DTW Tanah Lot kembali menggelar ‘Tanah Lot Art & Food Festival’ keempat, mulai 22 sampai 25 Juni. Menariknya dari sejumlah agenda seni budaya yang disiapkan akan ada tampilan sembilan tari klasik yang diciptakan maksimal sampai era tahun 50-an.

Termasuk parade gebogan dengan iring-iringan beleganjur setiap harinya selama pelaksanaan festival dari 15 banjar adat, dari Desa Pekraman Beraban. Konseptor Festival, A.A Ngurah Arya Tenaya, menjelaskan konsep event kali ini tetap menghadirkan dan melanjutkan konsep sebelumnya.

Baca juga:  Kasus Terkait Pariwisata Bermunculan, Tantangan Serius bagi Keberlangsungan Budaya dan Adat di Bali

Festival kali ini mengambil tema “Prananing Sarwa Mahurip” yang mempunyai makna laut merupakan cikal bakal dari segala kehidupan. Dengan sub tema event “Sunset In Paradise” yang artinya matahari terbenam di surga.

Sub tema ini diaplikasikan melalui suguhan parade gebogan dengan iring-iringan beleganjur di pinggir pantai saat sunset, tiap sore selama festival. Kegiatan ini melibatkan 15 banjar adat di Desa Pekraman Beraban secara bergiliran.

Baca juga:  Karena Ini, Tabanan Putuskan Berhenti Isolasi OTG-GR di Hotel

Selain itu, akan ada 21 desa adat lainnya yang akan mempersenbahkan masing-masing 1 group kesenian untuk dipentaskan pada event ini. “Intinya event kali ini ini lebih mengutamakan potensi lokal baik seni budayanya, UMKM termasuk pengisi acara, karena ajang ini untuk membangkitkan kembali Pariwisata di Tabanan seperti semula, khususnya mereka yang sebelumnya terdampak COVID di sektor pariwisata,” jelasnya, Jumat (16/6). (Puspawati/balipost)

BAGIKAN