MANGUPURA, BALIPOST.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno mengungkap alasan dihentikannya pemberlakuan bebas visa kunjungan (BVK) terhadap 159 negara. Dikatakannya, kontribusi 159 negara ini terhadap kunjungan sangat rendah.
Sehingga, kebijakan BVK itu untuk sementara disuspensi (dihentikan) dan akan direview. Rencananya, sebagian masuk kebijakan visa on arrival (VoA) dan sebagian lagi masuk e-visa. “Tapi targetnya kita akan banyak menarik wisatawan mancanegara yang berkualitas dan berkelanjutan harapannya,” ujarnya saat penutupan Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2023, Sabtu (17/6).
Ia menambahkan suspensi BVK, karena Indonesia ingin mengarah pada pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. “Wisatawan kita harapkan lebih lama dan lebih banyak dampaknya terhadap ekonomi lokal,” imbuh Sandiaga.
Untuk mendorong multiplier effect ekonomi, pemerintah akan menerbitkan golden visa berjangka waktu 5-10 tahun sehingga bisa menarik wisatawan. Kebijakan ini juga diharapkan menggerakkan ekonomi, menarik teknologi agar bisa membuka peluang investasi, dan terciptanya lapangan pekerjaan.
Sementara itu terkait BBTF, Sandiaga berharap menjadi ajang yang terbesar di kawasan agar menancapkan posisi Indonesia sebagai pemimpin yang fokus pada kebangkitan pariwisata yang berkulitas, berkelanjutan, dan berbasis budaya yang bermartabat. Ia berharap BBTF mendorong MICE, seperti konser Coldplay, yang memiliki banyak permintaan. “Jadi pariwisata berbasis ekonomi kreatif musik ini akan kita dorong dan diharapkan mendapatkan respons yang positif,” ujarnya.
Ia mengutarakan target kunjungan wisman mencapai 8,5 juta orang dan tahun depan di atas 14 juta. Oleh karena itu dibutuhkan kerja keras agar di 2024 target 4,4 juta penciptaan lapangan kerja baru dapat terwujud.
Untuk mencapai target tersebut, ia mengatakan pemerintah selalu mendorong inovasi produk, Seperti wellness tourism, eco tourism, management sampah yangbdapat mengurangi 60 persen organic waste. Ia juga mengapresiasi Pemda Bali yang mendorong dan mengimplementasikan nilai budaya dan local wisdom.
Ditambahkan, Ketua Komite BBTF yang juga Ketua Asita Bali Putu Winastra, BBTF merupakan salah satu event yang mampu menarik lebih dari 350 buyers dan 230 seller dari 5 negara. Total transaksi tahun ini mencapai Rp8,5 triliun.
Transaksi tersebut mengalami peningkatan 63 persen dari tahun lalu karena tahun lalu Rp 5,2 triliun. Namun dibandingkan sebelum pandemi, nilai transaksi tahun ini belum pulih.
Ada lima negara yang mengikuti BBTF tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari Italia, Cina, Malaysia, dan Amerika.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Vinsensius Jemadu mengatakan, Indonesia memiliki potensi yang begitu besar yang dapat dijelajahi lebih dalam, mulai dari bisnis cruising – kapal pesiar hingga keberagaman produk seperti wisata kesehatan, kebugaran, ekowisata dan MICE.
“BBTF adalah salah satu platform terbaik untuk mempromosikan keragaman produk wisata dan destinasi. Events lead to Recovery – semakin banyak even dan festival, semakin cepat pemulihan destinasi wisata. Pemerintah akan mendukung kegiatan satu desa satu kegiatan, atau One Village One Event untuk menjamin keikutsertaan komunitas dalam melestarikan kearifan lokal dan budaya” ujarnya. (Citta Maya/balipost)