SINGARAJA, BALIPOST.com – Perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini,membuat sejumlah permainan tradisional yang ada semakin hilang. Sebagai Desa Bali Aga, Desa Pedawa kini merekonstruksi 7 permainan yang ada sejak dahulu.
Selain permainan tradisional, sejumlah lagu tradisional juga dilakukan hal serupa. Rekonstruksi permainan dan lagu tradisional itu digagas oleh Kelompok Pondok Literasi Sabih Pedawa ( PLS ) yang diketuai oleh Wayan Sadnyana.
Dikonfirmasi Minggu (18/6), Wayan Sadnyana mengungkapkan ada 7 permainan tradisional yang direkonstruksi,yakni Megebug tingkih, Micet, Metembing tingkih, Mesimbar, Metembing karet, Metembing pipis bolong dan Permainan lompat berbasis kombinasi dengan lagu tradisional. “Permainan ini sekarang sudah jarang kita temukan,maka dari itu kami menginisiasi untuk merekonstruksi permainan khas Desa Pedawa ini,” ungkap Sadnyana.
Diakui Sadnyana, beberapa permainan tradisional yang umum dimainkan di masa lalu oleh anak-anak desa Pedawa, sudah hampir mengalami kepunahan. Potensi kepunahan itu terjadi karena begitu derasnya perkembangan teknologi dan budaya baru Seperti permainan berbasis internet yang bisa dimainkan secara online.
“Kita di Kelompok Pondok Literasi Sabih Pedawa mengumpulkan anak-anak sekitar 25 orang untuk kembali menggeluti permainan ini,” ujarnya.
Pihaknya menambahkan, Permainan anak modern yang berbasis game dan gadget cenderung membuat anak-anak untuk bermain secara individual, dalam ruangan, dan cenderung bersifat pasif dalam gerak. Hal ini berbeda dengan permainan tradisional yang cenderung dilakukan dengan tim, di luar ruangan dan membuat anak-anak aktif bergerak.
Situasi ini mengakibatkan perubahan orientasi sehingga permainan tradisional yang dulu dimainkan hampir terlupakan oleh generasi kekinian. Kedepan Langkah rekonstruksi ini diharapkan mampu dikenal oleh masyarakat luas dan tidak hanya di Desa Pedawa. Rencananya akan berkolaborasi dengan sekolah-sekolah dasar dan TK yang ada untuk memperkenalkan permainan tradisional ini.
“Kami melakukan penggalian permainan tradisional anak kepada orang-orang tua, pencatatan dan rekonstruksi untuk diperkenalkan ke masyarakat luar,” tutupnya. (Nyoman Yudha/Balipost)