DENPASAR, BALIPOST.com – Serangkaian memperingati Bulan Bung Karno dan HUT PDI Perjuangan ke-50, DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali mengumpulkan sebanyak 315 pengusada atau sering disebut balian. Mereka mengikuti Talkshow Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali Komplementer di Aula DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, Kamis (29/7).
Talkshow tersebut menghadirkan beberapa pembicara. Mulai dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Nyoman Gede Anom, Akademisi Filsafat Pengobatan Tradisional, Prof. I Wayan Sukayasa, dan Pengobatan Taru Premana, I Nyoman Seridana. Hadir juga selaku pembicara dari Praktisi Pengobatan Tradisional Kiblat Umum Pengobatan Kolaborasi, I Gusti Ngurah Jaman, dan Praktisi Taru Premana, Putu Suta Sadnyana.
Ketua Fraksi PDI Perjuangan Provinsi Bali, I Dewa Made Mahayadnya, menjelaskan kegiatan tersebut serangkaian memperingati Bulan Bung Karno dan HUT PDI Perjuangan ke-50. Pria yang akrab disapa Dewa Jack ini menegaskan, pihaknya menghadirkan pelayanan kesehatan tradisional Bali, karena memang hal ini ada pada Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 55 tahun 2019 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali.
“Pak Gubernur (Wayan Koster,red) yang juga selaku kader partai, tentu memberi perhatian, bagaimana pun mereka (pengusada/balian,red), beliau-beliau ini ada di masyarakat dan diakui dalam praktek serta kegiatan pengobatan tradisional Bali,” ujar Dewa Jack.
Dalam kesempatan tersebut, Dewa Jack menambahkan, secara budaya di Bali memiliki budaya usadha (pengobatan tradisional) yang dilakukan oleh para balian. Sehingga, jangan sampai keberadaan mereka di Bali punah tergerus oleh zaman globalisasi. Terutama dengan adanya pelayanan kesehatan modern. “Punah sih tidak, memudar mungkin, karena ada pelayanan kesehatan yang modern. Tetapi tidak punah, terbukti 300 lebih pengusada Bali, mereka yang datang dari pengusada atau disebut balian, ini balian pengiwa dan penengen,” tandasnya.
Diungkapkan, bahwa sebanyak 315 balian yang berada di pengiwa dan penengen itu bagian dari Sat Kerthi Loka Bali, alam, manusia, dan budaya Bali yang ada. “Total 315 pengusada, 30 per kabupaten/kota, dan ditambah 30 pengusada dari umum dengan yang praktek langsung,” pungkas Dewa Jack. (kmb/balipost)