JAKARTA, BALIPOST.com – Inflasi pada Juni 2023 tercatat sebesar 0,14 persen (month-to-month/mtm), dipengaruhi oleh momen Idul Adha 1444 H.
“Selama tahun 2019 sampai 2023, terjadi inflasi pada momen Hari Raya Idul Adha, kecuali tahun 2020 yang mengalami deflasi,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Rilis Perkembangan Indeks Harga Konsumen Juni 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Senin (3/7).
Berdasarkan catatan BPS, inflasi pada momen Idul Adha 2019 atau pada Agustus tercatat sebesar 0,12 persen. Kemudian, pada Juli atau Idul Adha 2021 sebesar 0,08 persen dan Juli atau Idul Adha 2022 sebesar 0,64 persen. Sementara momen Idul Adha pada Juli 2020 mencatatkan deflasi sebesar 0,10 persen.
Pudji menjelaskan, inflasi pada Idul Adha 2023 didorong oleh kenaikan harga pangan bergejolak atau volalite food, di antaranya daging ayam ras, telur ayam ras, bawang putih, bawang merah, cabai merah, cabai rawit dan tomat.
Sementara faktor penopang inflasi Juni lainnya adalah tarif angkutan udara 0,04 persen, tarif kontrak rumah 0,01 persen dan rokok kretek filter 0,01 persen.
Dari segi kelompok pengeluaran, pendorong utama inflasi Juni adalah makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,39 dan andil 0,10 persen terhadap inflasi utama.
Sedangkan bila dilihat dari segi wilayah, BPS mencatat terdapat 48 kota yang mengalami inflasi bulanan pada Juni 2023 2023.
Kota yang mengalami deflasi tertinggi adalah Kota Jayapura dengan catatan sebesar 1,36 persen persen. Penopang utama deflasi Kota Jayapura adalah komoditas tarif angkutan udara dengan andil inflasi sebesar 1,11 persen, tomat 0,25 persen dan beras 0,04 persen. Adapun kota yang mengalami deflasi terdalam secara bulanan adalah Kota Sumenep yang mencatat deflasi sebesar 0,42 persen. (Kmb/Balipost)