Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali Putu Sumardiana. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Baru dua minggu berjalan stan kuliner dan UKM di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) 2023 sudah mendapatkan penjualan hampir Rp1,5 miliar. Jumlah ini dipastikan naik dibandingkan tahun lalu hingga PKB berakhir.

Pada minggu I , 18 Juni sampai dengan 24 Juni, jumlah pengunjung ke stand kuliner dan UKM tercatat 33.741 orang dengan total penjualan Rp697.873.000. Minggu II, 25 Juni sampai dengan 1 Juli jumlah pengunjung 36.830 orang dengan total penjualan Rp790.510.000. Dengan demikian, total pengunjung sampai minggu II sebanyak 104.312 orang dengan total penjualan Rp1.488.383.000 (Rp1,5 miliar)

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali Putu Sumardiana, Senin (3/7) menyampaikan, stand kuliner juga memegang peranan penting dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) sebagai etalase budaya kuliner orang Bali. Maka dari itu, kesan bersih dan higienis menjadi yang utama dipamerkan pada stand kuliner.

Guna menjaga kebersihan dan higienitas makanan dilakukan secara swadaya dengan koordinasi masing–masing koordinator, begitu juga masalah keamanan. “Semuanya juga dikoordinasikan dengan Kepala UPTD Taman Budaya. Secara umum berjalan lancar dari 34 peserta kuliner tradisional Bali,” ujarnya.

Dia mengatakan evaluasi pelaksanaan PKB dari tahun ke tahun terus dilakukan untuk dilakukan perbaikan, terutama pada stand kuliner dan UKM. Maka dari itu kasus tahun lalu dipastikan tidak terulang lagi terkait higienitas makanan. “Kita sudah edukasi dan wanti–wanti pedagang, tempat sampah kita siapkan, dan malam usai jualan harus sudah clear semua,” ungkapnya.

Baca juga:  2022, Kasus WNA Terlibat Kejahatan Meningkat Dua Kali Lipat

Sebagai daerah tujuan pariwisata dunia, Bali memiliki pasar yang sangat potensial untuk pengembangan UKM, ditambah dengan inovasi dan kreasi masyarakat Bali yang sangat luar biasa, maka sesungguhnya sektor UKM merupakan sektor yang menjanjikan bagi perekonomian Bali. Untuk itu, Gubernur Bali Wayan Koster terus memberikan dukungan nyata di sektor UKM, di mana sektor ini diharapkan bisa terus berkembang bahkan produknya diharapkan bisa merajai pangsa pasar internasional.

Sebagai wujud nyata dukungan Pemprov Bali terhadap sektor UKM, pemerintah telah merealisasikan program Bali Smart Island di beberapa desa di Bali yang telah dilengkapi sarana Wifi. Kehadiran teknologi informasi ini dapat mendukung pemasaran produk UKM ke pasar yang lebih luas. “Tidak hanya sektor UMKM, sektor pertanian juga akan terus kita bangun disamping sektor pariwisata, dengan demikian perekonomian Bali berkembang baik dan dapat memberi kesejahteraan bagi masyarakat,” ujar Gubernur Wayan Koster.

Oleh sebab itu, komunitas UKM di daerah mengapresiasi program dan kebijakan Gubernur yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini, karena dinilai sangat berpihak terhadap sektor UKM di Bal. Seperti mendukung, membangkitkan dan membeli serta menggunakan produk lokal Bali.

Baca juga:  Wagub Cok Ace Harap Tetra Helix Forum Tak Sekedar Seremonial

Hal yang sama dilakukan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster. Ketika tampil sebagai pembicara pada acara dialog bertajuk “Apa Kabar UMKM (AKU) Bali”, Ny. Putri Koster menerangkan bahwa keseriusannya dalam melakukan upaya perlindungan dan pelestarian kain tenun tradisional Bali dilatarbelakangi besarnya ancaman terhadap salah satu karya warisan leluhur tersebut. Bahkan, sejak tahun pertama mengemban tanggung jawab sebagai Ketua Dekranasda, istri Gubernur Bali Wayan Koster ini banyak belajar dan mendengar masukan dari para pakar terkait dengan ragam produk kerajinan Daerah Bali. Salah satu masukan yang diperoleh adalah keberadaan tenun endek dan songket yang saat itu belum punya HAKI. Persoalan lain, hasil survei Unhi Denpasar juga membuktikan bahwa hanya 13 persen kain hasil tenunan perajin Bali yang beredar di pasaran. Sisanya yang dijual adalah endek yang diproduksi di luar Bali.

Persoalan berikutnya adalah ancaman terhadap songket. Dimana motif kain ini dijiplak lalu diaplikasikan pada bordir dengan harga jual yang jauh lebih murah dari tenun aslinya. Yang terbaru, kain Gringsing yang booming karena dikenakan delegasi G20, belakangan juga diaplikasikan pada kain printing atau jenis tenun yang bukan double ikat.

Baca juga:  Paulo Sergio Pulang ke Portugal

Jika situasi itu dibiarkan, Bunda Putri khawatir keberadaan kain tenun tradisional Bali akan makin terancam dan bukan tidak mungkin suatu saat akan punah. Oleh sebab itu, ia menjadikan upaya perlindungan dan pelestarian kain tenun tradisional ini sebagai salah satu program prioritas Dekranasda Bali. Dekranasda Bali juga menjadikan Pameran IKM Bali Bangkit sebagai media untuk melakukan edukasi kepada pelaku UMKM agar memasarkan produk hasil perajin lokal. Sejalan dengan itu, Dekranasda Bali juga berupaya untuk menyadarkan konsumen agar mendukung upaya pelestarian dengan membeli produk asli karya perajin Bali.

Selain menggencarkan upaya sosialisasi dan edukasi, bersinergi dengan pemerintah, Dekranasda Bali memfasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual atas keberadaan endek dan songket. Sehingga, dua kain itu telah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Komunal masyarakat Bali. “Kain rangrang juga telah kita daftarkan, tapi masih dalam proses,” ujar Ny. Putri Koster. (kmb/balipost)

BAGIKAN