DENPASAR, BALIPOST.com – Tari Gandrung yang dibawakan Sekaa Gandrung Semara Ratih, Banjar Adat Pande Kota, Duta Kabupaten Klungkung kembali ikut meramaikan Pesta Kesenian Bali di Kalangan Angsoka pada, Selasa (4/7). Tari Gandrung ini sudah keempat kalinya tampil dalam Pesta Kesenian Bali.
Dalam penampilan kali ini, sekaa gandrung melibatkan 17 orang penabuh, 6 orang penari, dan 1 koordinator tari. Seluruh penari dalam tarian ini adalah laki-laki yang berbusana wanita.
Penggarap Tari Gandrung, Wayan Sueni mengatakan ada alasan menggunakan penari laki-laki berbusana wanita dalam tarian ini. “Zaman dulu, kalau penarinya perempuan itu, kita (sedang) dijajah sama Belanda, apalagi dilihat cantik-cantik, saat lagi nari itu bisa diambil dan boleh dibawa kemana saja. Nah untuk menghindari hal itu, apalagi yang punya anak gadis, agar tidak diambil, jadilah penarinya laki-laki. Supaya mudah nanti dilawan. Itulah zaman dulu, sekarang kan tidak ada dijajah,” jelas Sueni.
Sueni berharap pemerintah ikut memberikan motivasi dan pelatihan untuk generasi muda sehingga tarian ini tidak punah. “Harapan saya supaya pemerintah juga ikut melestarikan dan ikut mendorong, memberikan motivasi, memberikan pelatihan-pelatihan bagi yang memiliki bakat di daerah masing-masing agar warisan ini tidak punah,” cetusnya.
Sebab, diakuinya, selama ini cukup sulit mencari penari Gandrung. “Anak muda, terutama laki-laki banyak yang gengsi dan enggan untuk terjun ke dunia tari karena adanya ejekan dari teman-temannya. Ini yang membuat bisa saja Tari Gandrung ini punah,” kata Sueni.
Sementara itu, salah seorang panitia pagelaran Tari Gandrung, Wayan Sutama, juga berharap agar ada regenerasi yang bisa meneruskan tarian ini. Ia mengaku merasa kesulitan menemukan penerus tarian pergaulan ini. (Sinta/balipost)