Widyatula (Sarasehan) dengan tema "Gelora Samudra Sastra” (Bahari Sebagai Sumber Penciptaan Seni Sastra Pedalangan), Kamis (6/7). (BP/sinta)

DENPASAR, BALIPOST.com – Laut ternyata bisa menjadi berbagai sumber inspirasi dalam seni pedalangan. Hal ini disampaikan Prof.Dr I Nyoman Suarka M.Hum yang merupakan salah satu narasumber dalam Widyatula (Sarasehan) pada Kamis (6/7) yang diselenggarakan di Gedung Citta Kelangen Lt. II Kampus ISI Denpasar dengan tema “Gelora Samudra Sastra” (Bahari Sebagai Sumber Penciptaan Seni Sastra Pedalangan).

Menurut Suarka ada 2 hal pokok yang ada dalam seni pedalangan, yakni bentuk dan isi. Di dalam isi terdapat nilai-nilai dan lakon cerita, nilai yang dimaksud yakni nilai dalam pedalangan dikaitkan dengan laut sebagai sumber inspirasinya. “Jadi tema pedalangan ini akan diperdalam lagi dengan nilai religius, yakni dari segara,” jelasnya.

Baca juga:  Dimusnahkan, Barang Bukti dari Ratusan Perkara

Suarka membuka pembahasannya dengan perspektif krama Bali terhadap laut. “Orang Bali menjadikan segara sebagai sumber inspirasi penciptaan karya sastra,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan jika orang Bali sudah lazim melihat objek dari 2 sisi yakni niskala dan sekala. Menurut Suarka, laut akan bermakna saat nilai-nilai spiritual menopang dan memperdalam nilai sosial ekonominya yang artinya dengan nilai seperti itu, akan muncul kesadaran bahwa laut itu adalah ciptaan Tuhan yang harus dimuliakan yang sekarang dinamai Segara Kerthi.

Baca juga:  Awal Oktober Ini Hujan dan Angin Landa Tabanan, Kerugian Capai Seratusan Juta

Suarka juga menyampaikan agar laut dijaga jangan sampai terkontaminasi dan berpolusi. Sebab, jika terkontaminasi, laut tidak berfungsi sebagaimana perspektif krama Bali yang memandang laut sebagai alat pembebasan.

Bagi Suarka, ketika laut dalam hukumnya berjalan dengan baik dan benar, laut akan berfungsi sebagai sumber amertha yang menjadi sumber kehidupan untuk segala mahkluk hidup. Tapi, jika berjalan tidak sesuai hukumnya akan menjadi bencana dan bisa menjadi sumber wabah atau penyakit. (Sinta/balipost)

Baca juga:  GMNI FH Unud Desak Kebijakan Retribusi ODTW Kintamani Dikaji Kembali
BAGIKAN