DENPASAR, BALIPOST.com – Sebagian wilayah Bali diprediksi diguyur hujan dengan intensitas sedang-lebat hingga minggu depan. Prakiraan BMKG menyebutkan guyuran hujan ini masih terjadi hingga 14 Juli 2023.
Berdasarkan analisis BMKG, beberapa faktor dinamika atmosfer skala regional hingga lokal diprakirakan masih menjadi penyebab peningkatkan pertumbuhan awan hujan di Bali. Beberapa faktor dinamika atmosfer yang utama tersebut, yaitu aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) serta gelombang ekuator seperti gelombang Kelvin dan Rossby ekuatorial di sekitar wilayah Indonesia yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan secara tidak langsung meningkatkan potensi curah hujan tinggi.
Faktor lainnya, yaitu terjadinya pola belokan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia yang dipicu oleh adanya pola sirkulasi di sekitar wilayah Samudera Pasifik utara Papua Barat. Kondisi ini dapat turut memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam siaran persnya, Sabtu (8/7), mengatakan dalam sepekan terakhir, anomali suhu muka laut di perairan Indonesia secara umum relatif normal. Anomali antara 1-2 oC terjadi di sebagian kecil perairan utara dekat pesisir Jawa hingga Nusa Tenggara, sebagian perairan selatan Sulawesi, sekitar perairan Maluku dan selatan Papua.
Sedangkan untuk wilayah perairan lain umumnya berada pada anomali di bawah 1 derajat celcius. “Kondisi hujan tinggi yang terjadi dalam sepekan ini di beberapa wilayah Indonesia lebih signifikan dipicu oleh adanya aktifitas gelombang atmosfer di sekitar maritim kontinen,” ungkapnya.
Dijelaskan, MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin merupakan fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya pola konvektifitas dan dapat menimbulkan potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya. Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah barat ke timur, yaitu dari wilayah Samudera Hindia ke arah Samudera Pasifik dan melewati wilayah Indonesia dengan siklus pergerakan sekitar 30-40 hari pada MJO.
Sedangkan pada Kelvin dalam skala yang relatif lebih cepat, yaitu harian. Sebaliknya, Fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah timur ke barat, yaitu dari arah Samudera Pasifik ke arah Samudera Hindia dengan melewati wilayah Indonesia.
Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan dan secara tidak langsung berdampak pada peningkatan curah hujan secara signifikan di beberapa wilayah indonesia.
Oleh karenanya, mencermati perkembangan dinamika atmosfer tersebut, potensi hujan intensitas sedang-lebat masih dapat terjadi dalam sepekan ke depan di beberapa wilayah di Indonesia. Pada periode 08 – 10 Juli 2023, terjadi di sebagian Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, dan Lampung. Sebagian Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Sebagian Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Sebagian Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Pada periode ini perlu diwaspadai potensi hujan sangat hingga ekstrem di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Sementara itu, untuk periode 11 – 14 Juli 2023 terjadi di sebagian Aceh, Sumatera Utara; sebagian Jawa Timur. Sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur. Sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Sebagian Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Dan sebagian Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Terkait hal tersebut, BMKG menghimbau kepada warga masyarakat terdampak terutama di wilayah yang masuk wilayah bahaya untuk meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan upaya mitigasi terhadap potensi hujan lebat hingga sangat lebat di sekitarnya. (Winatha/balipost)