SINGARAJA, BALIPOST.com – Ketulusan Gubernur Bali, Wayan Koster dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Bali, salah satunya dengan memperjuangkan peningkatan status Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja disambut apresiasi oleh seluruh Civitas Akademika STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Hal ini disampaikan usai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini menandatangani prasasti STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang dirangkai dengan Upacara Manusa Yadnya (Metatah) masal gratis, Minggu (9/7).
Penandatanganan prasasti STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang dilaksanakan Gubernur Koster disaksikan langsung oleh Pj Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana, Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, Sekda Buleleng, Gede Suyasa, dan Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Gede Suwindia.
Ribuan mahasiswa menyambut antusias Gubernur Koster, karena tekadnya membangun pendidikan di Bali terus dilakukannya. Setelah sukses di Komisi X DPR RI membidangi pendidikan dari Fraksi PDI Perjuangan dalam memperjuangkan peningkatan status Akademi Pendidikan Guru Agama Hindu Negeri (APGAHN) Denpasar menjadi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja, kini Gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng ini didoakan oleh seluruh civitas akademika STAHN Mpu Kuturan Singaraja agar sukses kembali berjuang ke Pemerintah Pusat meningkatkan status STAHN Mpu Kuturan Singaraja menjadi Institut pada tahun 2023 ini.
“Saya sangat berharap seluruh civitas akademika STAHN Mpu Kuturan Singaraja memajukan perguruan tinggi ini dengan tertib dan disiplin sebagai wujud bhakti kita dalam memuliakan beliau (Ida Bhatara Mpu Kuturan, red). Mengenai perubahan dan peningkatan status dari Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri menjadi Institut Negeri pasti titiang (saya,red) akan bantu total perjuangkan ke Pemerintah Pusat. Karena STAHN ini sudah layak untuk menjadi Institut, hal itu didukung oleh sarana dan prasarana yang sangat memadai, jumlah mahasiswa yang sudah mencapai 4 ribu lebih, dan aktivitas pendidikannya juga sudah memenuhi syarat menjadi Institut Negeri,” tandas mantan Anggota Komisi X DPR RI membidangi pendidikan dari Fraksi PDI Perjuangan ini.
Gubernur Koster, berpesan kepada seluruh civitas akademika STAHN Mpu Kuturan Singaraja untuk berhati – hati mengelola perguruan tinggi dengan membawa nama Mpu Kuturan. karena saat ini STAHN sedang mengemban misi Ida Bhatara Mpu Kuturan yang sangat disucikan. “Nama STAHN ini sudah luar biasa karena memuliakan Ida Bhatara Mpu Kuturan, sampai pelinggihnya dinamakan Pura Agung Mpu Kuturan. Memuliakan nama beliau dalam suatu institusi dan tempat suci harus betul – betul dilandasi dengan niat yang baik, tulus, dan lurus. Karena beliau adalah orang suci yang telah menyatukan sekte di Bali, sehingga bisa kompak dan tertatanya kehidupan di Bali melalui desa adat,” ujar Gubernur Bali jebolan ITB ini.
Gubernur Koster, mengungkapkan bahwa ia melaksanakan pembangunan Bali dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru. Maka salah satu yang dijalankannya adalah warisan Ida Bhatara Mpu Kuturan. Yaitu, memperkuat kedudukan desa adat di Bali dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali. Peraturan Daerah Provinsi Bali tentang Desa Adat di Bali tidak gampang diperjuangkan, tetapi berkat restu dan tuntunan Ida Bhatara Mpu Kuturan, membuat jalan pembahasan Perda ini dilancarkan.
“Astungkara Desa Adat di Bali yang jumlahnya mencapai 1.493 semakin kuat dan kokoh. Ini menunjukkan bhakti kita kepada beliau yang mewariskan lembaga yang sangat mulia di Bali dalam menjaga adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal Bali. Kita bersyukur, berkat warisan yang adi luhung ini (Desa Adat di Bali, red), Bali bisa ajeg seperti sekarang. Titiang kira, hanya Bali satu – satunya Provinsi di Indonesia yang desa adat-nya masih utuh, kuat, maju, dan bisa mengikuti perkembangan zaman yang modern tanpa kita meninggalkan akar budaya,” tegas Gubernur Koster.
Oleh karena itu, sebagai generasi penerus kita harus melakukan upaya pelestarian adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal Bali dengan penuh rasa tanggung jawab. Untuk menjalankannya, seluruh civitas akademika STAHN Mpu Kuturan Singaraja diminta agar betul – betul mendedikasikan diri mengelola perguruan tinggi ini dengan baik, berkualitas, dan maju supaya bisa memberikan pelayanan pendidikan bernuansa keagamaan Hindu yang baik bagi masyarakat di Bali.
Pada kesempatan ini, Gubernur Koster mengapresiasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang telah melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satunya diwujudkan berupa kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dalam Upacara Manusa Yadnya (Metatah) masal gratis. “Ini kegiatan yang benar, memang sudah sewajibnya perguruan tinggi melakukan pengabdian untuk masyarakat yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat,” pungkas orang nomor satu di Pemerintah Provinsi Bali ini.
Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Gede Suwindia, mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Koster yang selalu mendukung pendidikan di Bali, khususnya di STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Dikatakan, kehadiran Gubernur Koster sangat dinanti-nanti, karena STAHN ini ada, berkat perjuangan Wayan Koster.
“Kami melaporkan, sesuai arahan Bapak Gubernur Bali dalam melestarikan adat istiadat, tradisi, seni budaya dan kearifan lokal Bali, kami di STAHN Mpu Kuturan Singaraja sudah melaksanakan pembangunan fisik terhadap Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri ini dengan menerapkan arsitektur Bali khas Bali Utara. Kemudian, kami berterimakasih atas dukungan Bapak Gubernur, hingga akhirnya STAHN ini memiliki asrama berlantai 4, dan sekarang kami akan memohon lagi kepada Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster agar STAHN Mpu Kuturan Singaraja statusnya ditingkatkan menjadi Institut,” harapnya.
Ia juga melaporkan bahwa Upacara Manusa Yadnya (Metatah) masal yang dilaksanakan STAHN Mpu Kuturan Singaraja dipuput oleh Ida Pandita Mpu Nabe Dwija Witaraga Sanyasa dari Griya Taman Sari Kekeran, Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng. Dalam kegiatannya dilaksanakan secara gratis dan diikuti oleh sebanyak 180 orang. Namun, seluruh peserta hanya diwajibkan membawa satu paket banten pejati. (Kmb/Balipost)