MANGUPURA, BALIPOST.com – Asisten Administrasi Cok. Raka Darmawan mewakili Sekretaris Daerah Badung membuka Focus Group Discussion (FGD) dengan topik “Pembangunan Bidang Pendidikan yang Adaptif dengan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten Badung yang Unggul dan Berdaya Saing.” Kegiatan bertempat di Ruang Rapat Kriya Gosana Puspem Badung, Senin (10/7).
Turut hadir Asisten Pemerintahan dan Kesra Nyoman Sujendra, Rektor Undiksha Prof. Wayan Lasmawan, Kepala Dinas Pendidikan Badung Gusti Made Dwipayana, Kadis Kearsipan dan Perpustakaan Badung Wayan Kristiani, Kadis kominfo Gusti Ngr Jaya Saputra, perwakilan OPD terkait lingkup Pemda Badung, Tim Perumus Kebijakan Badan Riset dan Inovasi Daerah Kab. Badung dan Ketua PGRI Kabupaten Badung.
FGD ini juga dihadiri oleh Narasumber dari Rektor Undiksha Prof. Wayan Lasmawan untuk berdiskusi merumuskan kebijakan ke depan terutama Badung saat ini yang belum memiliki Rencana Induk Pembangunan Pendidikan (RIPP) 25 tahun kedepan itu diharapkan dari hasil diskusi ini bisa merumuskan sebuah kebijakan dan rekomendasi kepada pimpinan untuk kedepannya. Badung memiliki RIPP untuk menjadi panduan pemangku kepentingan siapa yang memimpin Badung, sudah memiliki blue print tentang mau dibawa kemana arah pembangunan pendidikan khususnya pendidikan dasar di Badung yang dimulai dari PAUD, TK, SD dan SMP itu tujuan dari FGD ini.
Asisten Administrasi Cok. Raka Darmawan dalam sambutannya mengatakan bahwa FGD yang diinisiasi oleh Badan Riset dan Inovasi Kabupaten Badung ini mengambil tema “Pembangunan Bidang Pendidikan yang Adaptif dengan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk membentuk SDM Kabupaten Badung yang Unggul dan Berdaya Saing” tentang Bagaimana Meningkatkan SDM di Kabupaten Badung khususnya di Pendidikan Dasar untuk menuju kualitas yang lebih baik dan berdaya saing.
Sesuai dengan kewenangan kabupaten, adalah pendidikan dasar PAUD, TK, SD dan SMP, nah untuk pembangunan pendidikan di tingkat dasar ini banyak faktor yang mempengaruhi, dari semua faktor itu, ini yang didiskusikan untuk bisa dikembangkan dari masing masing sekor ini, misalnya dari sarana dan prasarananya, mutu tenaga pendidiknya atau gurunya dan yang lainnya.
Sementara Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Badung Wayan Suambara mengatakan terkait dengan inovasi yang perlu dilakukan Badung dalam meningkatkan mutu pendidikan tentunya perlu dipahami terlebih dahulu bahwa Pemkab Badung punya orientasi dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia Kabupaten Badung.
Dikatakan bahwa generasi muda yang akan datang akan menghadapi sejumlah tantangan dan persoalan dinamika yang demikian tinggi baik dari segi kemajuan teknologi, perubahan pola pikir, perubahan perilaku, ini tentu mesti disikapi jangan sampai mereka berada pada jalur yang salah yang tidak produktif. Untuk kemajuan masyarakat Badung, Brida berpandangan bahwa pembangunan pendidikan di Badung ini mesti diarahkan, untuk tahu kemana arah pendidikan di Badung perlu ada Rencana Induk Pembangunan Pendidikan di Badung.
“Kita mau bawa kemana pendidikan Badung ini, ini yang perlu kita diskusikan secara mendalam yang kemudian kita tuangkan ke dalam satu dokumen yang harus dilakukan secara konsisten oleh semua pihak, tidak hanya oleh kepala daerah, tidak hanya oleh kepada dinas pendidikan tapi stakeholder dan para orang tua anak didik juga harus tahu karena mereka bagian dari pihak-pihak yang akan mengarahkan kemana arah pendidikan dari anak anak kita. Nah itu orientasi kami ke depan sehingga dengan demikian dengan potensi yang dimiliki Badung dalam segala hal harusnya Badung bisa melakukan hal itu,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan terkait dengan usulan ke depan kalau guru guru di Badung harus bisa setara S3, secara pribadi sangat sangat setuju bila perlu dibuatkan suatu mekanisme dan regulasi, guru-guru disekolahkan. “Bagaimana kita membuat orang menjadi pintar kalau yang mendapat tugas membuat menjadi pintar tidak pintar, kira-kira ilustrasinya seperti itu. Sangat setuju dari S2, S3 sedangkan di jabatan struktural atau dosen kan sudah mulai seperti itu, bahkan S1 sudah tidak bisa jadi menjadi dosen lagi dan kembali menjadi administrasi, dan S2 hanya jadi asisten nah ini salah satu yang jadikan instrumen yang bisa digunakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas manusia kita,” imbuhnya seraya mengatakan bahwa poin penting yang didapat dari pelaksanaan FGD diantaranya pertama, sepakat pendidikan di Badung harus berorientasi menjawab tantangan global dan teknologi, kedua harus ada kesepakatan bahwa keinginan untuk menjadikan dunia pendidikan di Badung menjadikan yang lebih baik, ketiga perlu ada keseimbangan antara infrastruktur dengan suprastruktur.(Adv/Balipost)