GIANYAR, BALIPOST.com – “Saat pandemi kita baru menyadari, Indonesia sangat bergantung dengan negara luar, cari masker dan oksigen saja kita kelabakan,” ucap Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana mengawali pengantarnya pada hari ke-6 Festival Wariga Usadha Siddhi di Taman Baca Sanggingan Ubud, Selasa (11/7).
Ari Dwipayana mengungkapkan ketergantungan itu tentu tidak boleh berlarut. Indonesia sudah saatnya membangun strategi besar. Bagaimana membangun kekokohan sistem kesehatan.
Salah satunya dengan melihat catatan masa lalu. Catatan tentang warisan pengobatan tradisional nusantara termasuk Bali di dalamnya. “Kita perlu membuat standar pengobatan tradisional, harus sistematis, bila perlu ada roadmap, kita ingin obat dan pengobatan tradisional Bali bisa seperti pengobatan tradisional yang berkembang pesat di China maupun India,” ucap pria yang akrab disapa Gung Ari ini.
Dalam kesempatan yang sama, penguatan pemanfaatan obat-obat tradisional ini juga mendapat dukungan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Kepala BPOM RI, Dr. Ir Penny Kusumastuti Lukito MC mengatakan pihaknya selalu mendorong pengembangan pelayanan dan pemanfaatan obat-obat tradisional di Indonesia.
Dijelaskan bahwa saat ini sudah ada lebih dari 15.000 obat tradisional yang terdaftar di BPOM. Pihaknya sangat setuju, ekosistem penguatan pemanfaatan obat tradisional perlu roadmap yang jelas dari hulu ke hilir. “BPOM siap untuk mendampingi dan bekerjasama untuk itu,” ujarnya.
Badan Riset dan Inovasi Nasional mengapresiasi digelarnya Festival Wariga Usadha Siddhi yang digelar Yayasan Puri Kauhan Ubud sebagai upaya mengangkat potensi keunggulan ilmu pengobatan tradisional Bali.
Kepala Organisasi Kesehatan BRIN Prof Dr Drh NLP Indi Dharmayanti MSi mendorong Yayasan Puri Kauhan Ubud bisa jadi pusat studi etno medicine di Bali. “Kita sangat terbuka untuk menerima kerjasama tersebut,” ujarnya dalam Usadha Gocara yang dipandu I Wayan Juniarta.
Hal senada diungkapkan Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Dr Sofa Fajriah bahwa Bali kaya akan ramuan tradisional. Jamu atau loloh misalnya yang telah menjadi bagian dari budaya, unsur kesehatan, kecantikan hingga masuk di segmen pariwisata. “Jadi memang perlu pengembangan perspektif jamu lewat kajian yang komprehensif,” jelasnya.
Sementara putra asli Bali, Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD-KR abiseka Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Jagat Manik mengatakan masyarakat Bali jangan berkecil hati. Meski belum lolos sampai uji klinis, jamu herbal berstandar tetap bagus. “Yang penting masyarakat yang pakai menjadi sehat,” ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM yang juga Kepala Sub Bag Reumatologi Bag Ipd, FK-UGM/RS Dr Sardjito Yogyakarta yang tekun meneliti obat herbal sejak puluhan tahun silam ini.
Masih berkaitan dengan penguatan pengobatan tradisional Bali, pada sesi kedua Usadha Gocara mengupas tentang penguatan produksi dan perizinan. Menghadirkan Kepala Balai POM Denpasar Drs I Made Bagus Gerametta, Apt, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta, Ketua DPP Gotra Pengusadha Bali Dr Putu Suta Sadnyana, SH MH, Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Udayana Prof Dr I Made Agus Gelgel Wirasutha Apt Msi yang dimoderatori oleh praktisi dan alumni Ayur Weda UNHI I Gede Ari Agus Putrawan.
Tak kalah menarik, pada sesi ketiga Usadha Gocara dibahas terkait penguatan pelayanan dan pemanfaatan obat-obat tradisional Bali oleh Direktur Utama RS Bali Mandara dr Ketut Suarjaya MPPM, Deputi Direksi BPJS Kesehatan Wilayah XI Ibu Elfanetti dan Ketua Dewan Kehormatan Gotra Pangusada Bali Dr dr Ketut Suparna dengan moderator dr Ida Bagus Wiryanatha, MSi yang merupakan Dosen Ayur Weda UNHI. (Wirnaya/balipost)