Utsawa (Parade) Apresiasi Tari Kontemporer dengan judul “Terdampar” yang dibawakan oleh Sanggar Qakdanjur. (BP/apsari)

DENPASAR, BALIPOST.com – Festival Seni Bali Jani (FSBJ) V digelar di Taman Budaya, Denpasar mulai 16 hingga 30 Juli. FSBJ tahun ini mengambil tema Citta Rasmi Bahari Kerthi (Bahari Sumber Inspirasi).

Pada Senin (17/7), dihadirkan Utsawa (Parade) Apresiasi Tari Kontemporer dengan judul “Terdampar” yang dibawakan oleh Sanggar Qakdanjur. Ketua Sanggar Qakdanjur, I Made Agus Wardana mengatakan pihaknya membawakan tari kontemporer diiringi gamelan mulut. “Hari pertama ini sangat istimewa, karena kami penampil pertama dalam festival ini. Dan kali ini kami menampilkan tari kontemporer yang diiringi oleh gamelan mulut (gamut) dengan judul “Terdampar”,” ungkapnya.

Baca juga:  Ini, Persiapan Kelurahan Sanur Masuki Era Baru

Agus memaparkan jika “Terdampar” ini bercerita tentang seorang wanita kaya bernama Stella yang berpenampilan sosialita dan memiliki kapal pesiar dan Harta yang merupakan staf kapal pesiar yang memiliki sifat loyal dan setia. Dalam pelayarannya, Stella mengundang beragam seniman, dari penyanyi hingga pemusik.

Tetapi, setelah pesta berakhir, keduanya pergi ke tengah laut, sesampainya di tengah laut mereka terkena badai. Dan badai itulah yang membuat mereka terdampar di pulau kecil tak berpenghuni.

Agus menjelaskan dalam pementasan ini ada beragam bentuk hiburan yang dibawakan. “Ada adegan yang diperankan oleh pemain, ada juga peraga karakter dalam frame yang kita namakan frame show. Jadi ada semacam bingkai show yang menampilkan karakter-karakter dengan posisi diam maupun bergerak atau menari. Selain itu kita juga menampilkan seni gamelan mulut (gamut),” urainya.

Baca juga:  Festival Seni Bali Jani "Cultural Entrepreneurship" Mengagumkan

Parade yang melibatkan 10 orang ini dikatakan oleh Agus, memerlukan waktu latihan selama 2 bulan.
Ditemui di Kalangan Ayodya, ia mengatakan ingin menonjolkan seni gamelan mulut (gamut) untuk menarik minat generasi muda. “Pada pementasan ini seni gamelan mulut (gamut) lah yang ingin ditonjolkan untuk menarik minat para generasi muda,” paparnya.

Dalam seni gamut ini, digunakan lube station sebagai alat bantu dalam memainkan gamelan. Pemain bisa memainkan seorang diri seperangkat gamelan musik, seperti suara gong kebyar, didukung dengan ekspresi wajah.

Baca juga:  BMKG Sebut Bali Relatif Aman dari Gempa Megathrust

Pada parade ini, Sanggar Qakdanjur memilih tema yang berkaitan erat dengan tema besar FSBJ. “Hubungannya sangat erat, karena saya menggunakan judul terdampar, dimana terdampar identik dengan pulau kecil yang dikelilingi samudera. Jadi samudera memberikan gejolak kehidupan,” paparnya.

Agus menambahkan jika bisa memanfaatkan samudera dengan baik, akan berdampak baik juga. Tetapi jika tidak bisa memanfaatkannya, mungkin akan menghancurkan. (Apsari/balipost)

BAGIKAN