Desa Adat Kertajaya Pendem memiliki sejumlah kesenian langka Jembrana yang saat ini masih dipertahankan. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Kertajaya Pendem memiliki sejumlah kesenian langka Jembrana yang saat ini masih dipertahankan. Di tengah era globalisasi, kesenian yang masih berkembang di Dewasana dan Munduk Jati, Desa Adat Pendem ini menghadapi tantangan keberlangsungannya.

Namun desa adat bersama kelurahan dan Kabupaten Jembrana, berupaya untuk terus melestarikan sejumlah kesenian langka ini. Salah satu upaya membangkitkan kesenian Bumbung Kepyak dan tari Berko ini dengan regenerasi dan memperbanyak ruang pementasan untuk kesenian ini.

Bendesa Adat Kertajaya Pendem, I Nengah Cantra mengatakan desa adat mendorong menjaga kelestarian sejumlah kesenian langka Jembrana ini. “Tentunya ini aset yang sangat penting, terlebih berkembang di wilayah Pendem. Desa Adat bersama Kelurahan sangat mendorong pelestarian kesenian yang ada,” terangnya.

Baca juga:  Desa Adat Pesinggahan Gelar Karya ”Ngusaba Nini”

Sejumlah kesenian khas Pendem, di antaranya Tari Berko dan Bumbung Kepyak serta Jegog berkesempatan tampil dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45. Dua kesenian ini merupakan kesenian yang cukup tua dan mempunyai tantangan untuk regenerasi.

Dengan dipentaskan ini, salah satu upaya desa adat dengan mendorong untuk regenerasi dan Latihan yang berkesinambungan. Kolaborasi generasi tua dan milenial terbentuk pada pementasan Berko dan Bumbung Kepyak dalam PKB ini.

Bumbung Kepyak di era 70-an menjadi hiburan masyarakat yang sangat digemari di sekitar Pendem dan Negara. Bumbung Kepyak terdiri dari beberapa alat musik yang menjadi ciri khasnya seperti suling dan kempul berbahan bambu. Ditambah dengan gem, kepyak dan kendang berbahan bambu juga.

Baca juga:  Jalan Sehat Telkomsel 4G di Gianyar Diikuti Ribuan Warga

Kesenian ini berkembang sejak era tahun 1940-an, dengan melibatkan sekitar 19 orang pemain instrument bumbung serta penari bumbung dan penari dengan pakaian pengawal (membawa senjata). Dalam penampilan bumbung kepyak ini memiliki ciri dan bunyi khas bahan bambu.

Penampilannya juga disertai dengan celempik (api menggunakan batok kelapa). “Kesenian ini hampir punah, dan kembali dibangkitkan. Begitu juga dengan Berko, yang mengalami keterbatasan regenerasi,” terangnya.

Dengan diberikannya ruang kesenian langka ini pentas, tentunya memberikan asa untuk menampilkan kesenian tersebut. Desa Adat mendorong untuk pelestarian kesenian-kesenian tersebut, terlebih berkembang di wilayah Desa Adat Pendem.

Baca juga:  Belasan Tahun Tekuni Rajutan, Ekspor Produknya Rambah Amerika hingga Eropa

Kesenian khas Jembrana ini menjadi salah satu kearifan lokal yang membedakan dengan desa adat lain. Karena itu wajib dipertahankan dan Desa Adat memiliki peran strategis untuk berkontribusi menjaga adat dan budaya.

Desa Adat Kertajaya Pendem merupakan salah satu desa adat di Kecamatan Jembrana (berada di perkotaan). Dengan memiliki wewidangan berbatasan dengan hutan dan perkotaan. Desa Adat Kertajaya Pendem terbagi menjadi empat banjar adat. Di antaranya Banjar Adat Kertasentana (dewasana), Kertabudaya (Pancardawa), Kertaasih (Pendem) dan Kertawisesa  (Satria). (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN