DENPASAR, BALIPOST.com – Keberadaan pedagang di Pasar Badung belum semua yang buka secara penuh. Terutama di lantai 3 dan 4, banyak kios tutup.
Para pedagang memilih tidak berjualan sehingga menyebabkan pembayaran biaya operasional pedagang (BOP) hingga sewa banyak yang nunggak. Hal tersebut diakui oleh Dirut Perimda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar, Ida Bagus Kompyang Wiranata saat dikonfirmasi Minggu (23/7).
Ia menjelaskan semua kios dan los di lantai 3 dan 4 tersebut sudah ada pemiliknya. Hanya saja los dan kios yang menjual pakian, perlengkapan upacara dan perlengkapan lainnya itu tidak ditempati oleh pedagang. “Pemiliknya tidak buka, tapi tetap kena biaya sewa. Yang menunggak itu dari lantai 3 dan 4 sekitar 50 persen,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut pria yang akrab disapa Gus Kowi ini mengatakan, ada pedagang yang menunggak hingga 6 bulan. Kondisi diakuinya cukup sulit, karena perumda belum leluasa menerapkan kebijakan akibat aset belum diserahkan.
Saat ini perumda baru sebatas diberikan tugas sebagai pengelola. “Semestinya 3 bulan nunggak sudah ditegur. Namun belum kita belum berani karena baru penugasan untuk mengelola,” katanya.
Disinggung terkait target penyerahan aset Pasar Badung kepada perumda, Gus Kowi mengatakan ditargetkan 2024 sudah diserahkan dengan Peraturan Walikota (Perwali). Saat ini diakuinya, Perda terhadap penyertaan modal sudah disahkan oleh legislatif dan eksekutif sudah disahkan tinggal menunggu aset diserahkan dengan perwali sehingga pengelolaan oleh perumda bisa 100 persen.
Gus Kowi mengatakan untuk kios dan los di lantai 1 dan 2 sudah terisi penuh dan berjalan normal. Kios dan los di lantai ini menjual kebutuhan pokok berupa daging, sayur, bumbu dapur dan sebagainya.
Menurut Gus Kowi, masih banyaknya kios dan los yang kosong di lantai 3 dam 4 karena banyak pedagang yang belum pindah dari Pasar Lokitasari. “Padahal jika mau pindah, pasar ini (Badung) akan lebih ramai, karena terfokus disini. Sekarang malah mereka harus membayar double,” imbuhnya. Asmara Putera/balipost.