Suasana mapandes massal yang diselenggarakan serangkaian karya mamungkah di Desa Adat Peguyangan. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kegiatan keagamaan di Bali kini sering kali dilakukan bersamaan antara dewa yadnya, manusa yadnya maupun pitra yadnya. Kolaborasi ini bertujuan memberikan kemudahan bagi krama yang ikut melaksanakan kegiatan. Seperti yang sering dilakukan sejumlah desa adat, yakni karya mamungkah, kemudian dilanjutkan dengan upacara mapandes massal.

Demikian pula karya atma wedana juga sering diiringi dengan upacara mapandes masal. Belum lama ini, Desa Adat Peguyangan melaksanakan serangkaian karya yang dilakukan secara bersamaan.

Desa Adat Peguyangan yang mewilayahi 22 banjar adat,  dengan jumlah krama sebanyak 1.635 Kk atau 7751 jiwa baru saja menyelenggarakan upacara mamungkah, ngenteg linggih, padudusan dan tawur balik sumpah utama di Pura Desa/Puseh desa setempat. Serangkaian dengan kegiatan itu, juga digelar karya mapandes atau matatah massal.

Baca juga:  PHRI Bali: Harpitnas Dapat Berdampak Pada Kunjungan Domestik

Bendesa Adat Desa Peguyangan, Ketut Sutama yang dikonfirmasi belum lama ini mengatakan, seluruh rangakaian kegiatan upacara mamungkah serta kegiatan lainnya telah berjalan dengan baik. Kegiatan karya mamungkah ini juga dirangkai dengan upara mepandes masal yang melibatkan 289 orang. “Mepandes ini diprakarsai oleh LPD setempat,” ujarnya.

Karya mamungkah, ngenteg linggih, padudusan dan tawur balik sumpah utama ini juga dihadiri Gubernur Bali, Wayan Koster dan Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara. Hadir pula dalam pelaksanaan upacara ini, anggota DPR RI Dapil Bali, I Gusti Agung Rai Wirajaya, Ketua Komisi III DPRD Bali, A.A. Ngurah Adhi Ardhana, Ketua DPRD Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, anggota DPRD Denpasar, Wayan Sutama, dan Anak Agung Ngurah Gede Widiada.

Baca juga:  Gubernur Koster Sampaikan Rumusan Bali Tempo Dulu dan Masa Kini

Di samping itu hadir pula perbekel, lurah, bendesa adat se-Kota Denpasar, dan tokoh masyarakat desa setempat. Wali Kota Jaya Negara disela-sela kegiatan upacara menyampaikan ucapan selamat dan sukses atas pelaksanaan upacara mamungkah, ngenteg linggih, padudusan dan tawur balik sumpah utama serta mapandes masal di Desa Adat Peguyangan.

“Weda Wakya Vasudaiva Khutumbakam yang mengandung makna dalam kehidupan ini kita semua bersaudara. Semua sektor kehidupan harus diselesaikan dengan paras paros sarpanaya, salunglung sabayantaka serta bergotong royong. Seperti dalam pelaksanaan karya di Desa Adat Peguyangan kali ini dapat berjalan dan selesai dalam paras paros manyama braya,” ujarnya usai mengikuti persembahyangan bersama seluruh undangan dan masyarakat Desa Peguyangan.

Baca juga:  Desa Adat Les Masih Jaga Tradisi Mepetuun

Sementara Panitia Karya, A.A. Ngurah Bagus Wirayasa  menyampaikan pelaksanaan dan persiapan upacara telah berlangsung dari bulan April hingga Mei tahun 2023. “Dari bulan April dan Mei kita telah melaksanakan persiapan dan pelaksanaan upacara bersama warga Desa Adat Peguyangan dengan Yajamana Karya Ida Pedanda Gede Ngurah,” ujarnya.

Selebihnya A.A. Ngurah Bagus Wirayasa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Bali, Pemkot Denpasar, dan seluruh warga masyarakat dalam mendukung dan mensukseskan pelaksanaan Karya Mamungkah, Ngenteg Linggih, Padudusan dan Tawur Balik Sumpah Utama serta mapandes masal di Desa Adat Peguyangan ini. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN