Suasana Timbang Rasa (Sarasehan) dengan tema Langgam Opera Teater Modern Indonesia (Capaian Stilistik-Estetik dan Apresiasi Publik) yang dilaksanakan pada Jumat (28/7) di Wantilan Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar. (BP/sinta)

DENPASAR, BALIPOST.com – Memasuki dunia teater harus memiliki kedisiplinan serta komitmen. Demikian disampaikan oleh Ratna Riantiarno yang merupakan salah satu narasumber Timbang Rasa (Sarasehan) dengan tema Langgam Opera Teater Modern Indonesia (Capaian Stilistik-Estetik dan Apresiasi Publik) yang dilaksanakan pada Jumat (28/7) di Wantilan Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar.

Pendiri Teater Koma yang juga sutradara ini mengatakan jika di Teater Koma tidak semua anggotanya berprofesi sebagai penyanyi. “Operet itu biasanya harus dimainkan oleh penyanyi, tapi kalau Teater Koma memainkan banyak nyanyian, tetapi nyanyian tersebut menjadi ekspresi. Jadi gak semua harus penyanyi tapi kami membawakan dialognya dengan bernyanyi, jadi itu opera versi Koma,” jelasnya dalam sarasehan yang merupakan rangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) V ini.

Baca juga:  Dalam 2 Tahun Ada 3 BPR di Bali Dilikuidasi, Pengawasan Jadi Sorotan

Ia juga mengatakan jika pada manajemen seni pertunjukan, tujuan akhir sebuah kerja seni pertunjukan adalah pementasan. Tapi, dalam pertunjukan itu juga ada kerja menyiapkan produksi biasanya ada manajemen administrasi yang mendatangkan penonton, dan ada manajemen artistik yang tugasnya menyiapkan tontonan.

Ratna menjelaskan jika manajemen kesenian hanyalah semacam alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Membantu seniman sampai kepada pencapaian mutu artistiknya, bukan menghambat.

Baca juga:  FSBJ II Dukung Pelestarian Kebudayaan di Masa Pandemi

“Manajemen seni bukan berorientasi pada pasar, melainkan pada produk. Produk adalah sumber dan sekaligus muaranya,” paparnya.

Ratna mengatakan jika ingin menampilkan sebuah pertunjukan yang baik diperlukan sebuah komitmen. “Kalau sudah ada niat berteater harus memiliki kedisiplinan, komitmen, kemudian kesetiaan. Jadi kalau capek seperti apapun, ya apa boleh buat itulah risiko dan konsekuensinya, karena itu komitmen kita berteater. Kalau mengeluh, tidak akan terjadi sebuah pertunjukan yang baik. Kalau dari hati kita tidak memberikan seluruh diri kita untuk sebuah pertunjukan,” jelasnya. (Sinta/balipost)

Baca juga:  Menkes Buka FSBJ V, Masyarakat Bali Diajak Jaga Budaya
BAGIKAN