Sekjen PBB, Antonio Guterres. (BP/AFP)

NEW YORK, BALIPOST.com – Era pemanasan global sudah tiba di mana Juli ini iklim mencapai yang terpanas sepanjang masa. “Perubahan iklim telah terjadi. Sungguh mengerikan, dan ini baru permulaan. Era bumi yang hangat sudah berakhir, era pemanasan global sudah tiba,” kata Antonio Guterres kepada wartawan di markas besar PBB di New York, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (28/7).

“Para pemimpin harus memimpin. Tidak boleh lagi bimbang. Tidak ada lagi alasan. Tidak ada lagi yang menunggu siapa yang bertindak lebih dulu. Tiada lagi waktu untuk itu,” sambung Guterres.

Baca juga:  Dewan Keamanan PBB Akan Putuskan Sikap Atas Langkah Rusia Terhadap Ukrania

Juli menjadi bulan paling panas yang pernah terjadi, kata Organisasi Meteorologi Dunia dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus Komisi Eropa.

Data dari kedua badan cuaca tersebut menunjukkan bulan ini terjadi suhu laut tertinggi yang pernah ada sepanjang tahun ini.

Guterres mengatakan bisa saja kenaikan suhu dibatasi hingga 1,5 derajat Celsius sehingga menghindari perubahan iklim terburuk.

Perjanjian Iklim Paris yang disetujui pada 2015 berusaha membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2 C, tapi lebih baik pada 1,5 C sampai akhir abad ini untuk memerangi perubahan iklim yang dimintakan dimintakan perjanjian itu kepada setiap negara guna mengurangi emisi hingga setengahnya pada 2030 dan turun hingga nol emisi pada 2050. “Kami perlu target pengurangan emisi nasional baru yang ambisius dari para anggota G-20,” kata Guterres.

Baca juga:  Pandemi, Perdagangan Narkoba di Asia Meningkat

Dia mendesak perusahaan-perusahaan, kota-kota, wilayah-wilayah dan lembaga-lembaga keuangan agar menghadiri Konferensi Ambisi Iklim dengan membawa rencana perubahan yang kredibel.

“Tak ada lagi greenwashing. Tak ada lagi penipuan. Dan tak ada lagi distorsi terang-terangan terhadap hukum antimonopoli untuk menyabotase aliansi nol emisi,” kata Guterres.

Greenwashing adalah strategi pemasaran dan komunikasi untuk mendapatkan citra ramah lingkungan, padahal tak begitu serius melakukan kegiatan yang berdampak positif terhadap lingkungan.

Baca juga:  Penyu Banyak Mati, Dua Hal Ini Jadi Penyebab

“Buktinya terjadi di mana-mana: Manusia menyebabkan kehancuran. Ini tidak boleh melahirkan keputusasaan, melainkan tindakan. Kita masih bisa menghentikan yang terburuk,” tutup Guterres. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN