DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster didampingi Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Ny. Putri Suastini Koster dan Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra menyampaikan Pidato Peluncuran Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125, di Panggung Ardha Candra, Taman Provinsi Bali, tepat pada Rahina Sugihan Bali, Jumat (28/7). Gubernur Koster, menyampaikan bahwa seluruh pencapaian pembangunan Bali Masa Kini yang sangat penting dan signifikan, dirangkum menjadi 44 Tonggak Peradaban sebagai Penanda Bali Era Baru.
Yaitu, Memuliakan Desa Adat; Hari Penggunaan Busana Adat Bali; Perekonomian Adat Bali; Sipandu Beradat; Pelindungan Pura, Pratima, dan Simbol Keagamaan; Tata-Titi Kehidupan Berbasis Kearifan Lokal Sad Kerthi; Memuliakan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali; Menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali; Menciptakan Keyboard Aksara Bali; Memuliakan Keluhuran Warisan Budaya Bali; Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali; Pembaharuan Pesta Kesenian Bali; Festival Seni Bali Jani; Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut; Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai; Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber; Bali Pulau Organik; Pelestarian Tanaman Endemik Bali; Gumitir Bali Sudamala; Bali Mandiri Energi dengan Energi Bersih; Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai; Ekonomi Kerthi Bali; Keseimbangan Pembangunan antar Wilayah Bali; Pariwisata Budaya, Berkualitas, dan Bermartabat; Bangga Produk Lokal Bali; Harkat Arak Bali; Cita Rasa Garam Bali; Pesona Endek Bali; SDM Bali Unggul; Bulan Bung Karno; Pelindungan Karya Intelektual Bali; Sistem Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Krama Bali; Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali; Bali Pulau Digital; Bali Digital Festival; Pelindungan Kawasan Suci Besakih; Kawasan Pusat Kebudayaan Bali; Shortcut Singaraja-Mengwitani; Tol Jagat Kerthi Bali; Pelabuhan Segitiga Sanur-Sampalan-Bias Munjul; Bali Maritime Tourism Hub; Bendungan Sidan dan Bendungan Tamblang; Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali; dan Bali Good Governance.
Lebih lanjut, Murdaning Jagat Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini menjelaskan kondisi objektif dengan permasalahan dan tantangan Bali ke depan. Diantaranya, yaitu tahun 2025 jumlah penduduk Bali diperkirakan mencapai 4,5 juta orang. Ke depan, laju pertumbuhan penduduk Bali diperkirakan akan meningkat menjadi pada kisaran 1,2%-1,5% per tahun. Dengan perkiraan pertumbuhan tersebut, jumlah penduduk Bali pada kurun waktu 100 tahun ke depan (2025-2125), mencapai kisaran 9,9 – 11,3 juta orangz Pertumbuhan penduduk Bali pada kurun waktu tersebut, diharapkan bersumber dari peningkatan jumlah penduduk dari kelahiran Krama Bali, mengendalikan penduduk migrasi luar Bali. Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung terhadap peningkatan kebutuhan hidup berupa udara, air, pangan, energi, sandang, lahan permukiman, perumahan, papan, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, lapangan pekerjaan, transportasi, infrastruktur, komunikasi, dan informasi.
Seluruh krama Bali yang hadir di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali dengan seksama kemudian mendengarkan pidato Gubernur Koster terkait permasalahan dan tantangan alam Bali ke kepan. Kata Wayan Koster, bahwa alam Bali mengalami perubahan secara signifikan karena faktor alamiah dan dampak dinamika pembangunan. Kesucian alam Bali berpotensi semakin menurun yang berimplikasi pada ancaman menurunnya taksu Bali. Seperti, penodaan tempat suci, wisata pendakian gunung, pencurian pratima, serta polusi danau, sungai, dan laut.
Selain itu, luas lahan pertanian semakin berkurang karena kebutuhan semakin bertambah untuk permukiman, fasilitas infrastruktur dan sarana-prasarana, industri, pariwisata, serta pengurangan secara alamiah akibat abrasi atau bencana alam. Lahan untuk pertanian khususnya sawah semakin berkurang yang berimplikasi pada ancaman ketersediaan pangan. Luas kawasan hutan cenderung menurun sehingga berpotensi mengancam ketersediaan udara bersih, air berkualitas dan keanekaragaman hayati menurun. Sumber air yang aktif, seperti danau, mata air, dan sungai berpotensi semakin berkurang yang berimplikasi pada ancaman ketersediaan air bersih untuk kehidupan masyarakat, irigasi, dan industri pariwisata. Ekosistem danau, mata air, sungai, dan laut berpotensi semakin rusak yang mengancam keanekaragaman hayati. Polusi dan kontaminasi dari berbagai sumber semakin meningkat yang mengancam ketersediaan udara bersih, air bersih, dan tanah berkualitas. Terjadinya perubahan iklim global berimplikasi pada ancaman peningkatan suhu, kekeringan, bencana alam, seperti: banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan wabah penyakit. Energi berbasis fosil semakin habis yang mengancam ketersediaan energi untuk memenuhi kehidupan, sehingga harus diprogramkan penggunaan energi bersih berbasis energi baru terbarukan.
Setelah menguraikan permasalahan dan tantangan alam Bali ke depan, Gubernur Bali jebolan ITB ini menyampaikan permasalahan dan tantangan manusia Bali ke depan. Bahwa, manusia Bali secara geniologis memiliki keunggulan, namun telah mengalami degradasi akibat faktor internal dan eksternal, terutama kemampuan adaptasi dalam menghadapi dinamika zaman. Karakteristik manusia Bali yang dulu dikenal jemet, ulet, jujur, tragia, lascarya, dabdab, loyal, dan berdedikasi, mengalami degradasi, yang berimplikasi pada menurunnya identitas ke-Bali-an sebagai Nak Bali. Semangat hidup kebersamaan, gotong-royong, dan kohesi sosial sebagaimana nilai-nilai kearifan lokal (gilik-saguluk, para-sparo, salunglung sabayantaka, sarpana ya), semakin menurun, yang berimplikasi pada menurunnya ketahanan sosial kehidupan masyarakat Bali.
Tidak hanya itu, jumlah penduduk yang semakin meningkat terutama karena migrasi dari luar Bali berimplikasi pada ancaman ketersediaan kebutuhan hidup. Seperti, pangan, sandang, dan papan serta layanan kesehatan, pendidikan, infrastruktur, transportasi, dan sarana-prasarana kebutuhan hidup lainnya.
Selain itu, jumlah penduduk yang semakin bertambah berimplikasi pada meningkatnya tingkat kepadatan penduduk terutama pada wilayah perkotaanz Migrasi penduduk yang tinggi berimplikasi pada perubahan demografi, semakin masifnya alih fungsi dan kepemilikan lahan, meningkatnya kriminalitas, meningkatnya kesenjangan sosial, dan semakin terdesaknya penduduk lokal. Tingkat fertilitas total penduduk lokal Bali relatif rendah (kurang dari dua) dan cenderung menurun, yang berimplikasi pada ancaman punahnya identitas nama manusia Bali terutama Nyoman/Komang (anak ketiga) dan Ketut (anak keempat), serta menurunnya populasi manusia Bali sebagai pelaku utama Kebudayaan Bali. Pemanfaatan penduduk lokal Bali oleh warga negara asing semakin meningkat untuk kepentingan penguasaan aset, yang berimplikasi pada ancaman semakin tingginya alih fungsi dan kepemilikan lahan, serta terjadinya degradasi moral masyarakat. Kebutuhan penyediaan lapangan kerja semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk, yang berpotensi meningkatkan pengangguran, dan menurunnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dan tenaga kerja di sektor pertanian dan kelautan/perikanan cenderung menurun, dan didominasi oleh tenaga kerja usia di atas 50 tahun, yang berimplikasi pada menurunnya produktivitas pertanian dan kelautan/perikanan, serta berpotensi mengganggu ketersediaan pangan.
Permasalahan dan tantangan Kebudayaan Bali ke depan, juga menjadi perhatian Gubernur Koster. Dimana dalam pidatonya Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali yang dikenal sangat mencintai kebudayaan Bali ini dengan lugas menyampaikan, kebudayaan Bali mencakup seluruh keluhuran dan keadiluhungan adat, tradisi, seni-budaya, serta kearifan lokal yang berkembang melalui proses pewarisan dan penciptaan baru, menghadapi permasalahan dan tantangan sangat serius pada masa kini dan masa mendatang. Perkembangan berbagai aspek kehidupan akibat globalisasi, berimplikasi pada menurunnya budaya sebagai sumber nilai – nilai kehidupan masyarakat Bali, seperti tata krama, kesopanan dan kesantunan, serta etika dan budi pekerti. Menurunnya populasi penduduk lokal Bali, berimplikasi pada menurunnya fundamental pelaku budaya Bali. Perkembangan teknologi digital, persaingan pasar global yang tidak sehat, dan kejahatan ekonomi, berimplikasi pada menurunnya produk budaya Bali, seperti seni tari, seni karawitan, seni lukis, seni patung, dan seni kerajinan rakyat.
Komersialisasi produk budaya terutama seni tradisi berimplikasi terhadap menurunnya nilai-nilai kesakralan dan orisinalitas produk budaya Bali. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk pesatnya teknologi digital, berimplikasi kepada menurunnya orisinalitas produk budaya Bali. Bali sebagai tujuan utama wisata dunia, sangat rentan terhadap terjadinya akulturasi budaya, di satu sisi memberi manfaat positif, namun sekaligus juga membawa ancaman terhadap eksistensi dan ketahanan Kebudayaan Bali.
Masifnya perkembangan pariwisata dan perkembangan teknologi, berimplikasi pada penurunan ragam budaya agraris dan budaya bahari tradisional Bali secara drastis. Keberadaan lembaga tradisional Subak semakin berkurang karena tingginya alih fungsi dan kepemilikan lahan sawah, abrasi pantai, dan keterbatasan air irigasi. Perkembangan kuliner global menjadi ancaman terhadap kuliner tradisional lokal Bali. Dan perkembangan arsitektur modern menjadi ancaman terhadap arsitektur khas Bali. (Kmb/Balipost)