JAKARTA, BALIPOST.com – Transformasi digital memberikan ruang bagi pelaku UMKM untuk bertumbuh dan menciptakan peluang kerja baru. Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Teten Masduki, dikutip dari rilisnya, mengatakan puluhan juta UMKM sudah onboarding ke ekosistem digital.
Teten mengatakan transformasi digital ini membuat UMKM memiliki posisi dan peran strategis dalam perekonomian Indonesia. UMKM memberikan kontribusi PDB Indonesia sebesar 61 persen dan menyerap tenaga kerja sebesar 97 persen. Salah satu contohnya, kata Teten, inisiatif yang dilakukan Grab dan OVO dalam memfasilifasi UMKM mampu menciptakan lapangan kerja baru.
Setahun terakhir ini, lebih dari 500 ribu pelaku UMKM baru telah bergabung dalam platform digital itu serta menciptakan 1 juta lapangan kerja baru. “Saya menyambut baik inisiatif yang terus mendukung dan memfasilitasi UMKM melakukan transformasi digital,” ujarnya saat menghadiri Hajatan UMKM 2023 di Bintaro, Tangerang Selatan, Minggu (6/8).
Teten mengatakan menurut data Kemenkop UKM RI, ada sekitar 22 juta lebih UMKM yang sudah onboarding. Pada 2023 akan ditargetkan ada 24 juta UMKM yang masuk ekosistem digital.
Menanggapi capaian tersebut, Country Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi, menyatakan pihaknya terus dukung pemerintah untuk mencapai target digitalisasi 30 juta UMKM pada 2024. Berbagai inisiatif akan terus dilanjutkan untuk memfasilitasi UMKM dalam mengembangkan usaha, seperti program pelatihan digital dam portal informasi satu pintu.
Salah satu pelaku UMKM yang telah memperluas usaha dan membuka lapangan kerja baru setelah beralih ke digital adalah Ayam Bakar dan Soto Betawi Bu Titin. “Kami memulai bisnis di 2018 dan beralih ke online lewat Grab di 2020. Omzet kami meningkat signifikan dan hingga sekarang kami sudah memiliki puluhan karyawan di empat cabang,” ujar Titin Juherni dan Adi Nugraha pemilik Ayam Bakar dan Soto Betawi Bu Titin.
Selain melayani orderan online, pelanggan yang datang langsung ke outlet juga makin dimudahkan. Sebab, pembayarannya juga sudah cashless menggunakan QRIS dan OVO. “Sekarang, hampir 90 persen transaksi pembelian langsung sudah pakai digital,” tutur keduanya.
Kisah lainnya datang dari Hamit Bangun Sasmito, pemilik Geprek Penyet Mbak Warni. “Lewat berjualan online, kini saya bisa membuka cabang di lokasi yang strategis dan merekrut pemuda sekitar yang putus sekolah dan akhirnya menganggur. Usaha saya juga semakin dikenal banyak orang dan mengalami peningkatan pendapatan lebih dari dua kali lipat per harinya,” ungkapnya.
Tidak hanya pelaku UMKM di bidang kuliner, digitalisasi
pedagang pasar. “Ribuan pedagang pasar telah bergabung dengan Grab melalui GrabMart Pasar di 26 kota di seluruh Indonesia,” tutup Neneng. (kmb/balipost)