Pamedek malukat di Pura Taman Pecampuhan Sala. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Sala di Kecamatan Susut, punya tradisi magobag-gobagan. Tradisi itu berupa ritual saling siram air di sungai pecampuhan. Rencananya magobag-gobagan akan kembali digelar sehari setelah hari raya Kuningan yang akan datang.

Bendesa Adat Sala, I Wayan Subagia, mengungkapkan, magobag-gobagan merupakan ritual yang sudah ada dari dulu. Namun, baru sekitar lima tahun lalu dibangkitkan kembali.

Magobag-gobagan biasanya dilaksanakan pada hari raya Galungan. Tradisi itu dimulai pada subuh sekitar pukul 04.00 atau 05.00 Wita. Kenapa pada jam itu, supaya bisa mendapat yeh deha atau air yang belum terkena polusi.

Baca juga:  Desa Adat Sekartaji Berharap Bukit Teletubies Jadi Tujuan Wisata Dunia

“Tradisi magobag-gobagan diawali dengan ngaturang bhakti. Kemudian dilanjutkan dengan turun ke sungai pecampuhan yang ada di sekitar Pura Taman Pecampuan Sala,” jelasnya.

Sebelum ritual magobag-gobagan dimulai, sekaa teruna yang jadi peserta akan berbaris berjejer di sungai. Yang perempuan di sisi timur dan yang laki-laki di sisi barat. Mereka kemudian saling lempar bunga lalu saling siram air. “Setelah itu saling salam-salaman,” kata Subagia kepada Bali Post belum lama ini.

Baca juga:  Gubernur Koster Tegaskan Bali Emisi Nol Bersih 2045 Percepat Terwujudnya "Nangun Sat Kerthi Loka Bali"

Makna dari magobag-gobagan adalah untuk pembersihan diri, jasmani dan rohani. Selain itu mempererat hubungan antarkrama. Karena pada hari raya Galungan lalu agenda Desa Adat Sala cukup padat, Subagia mengatakan rencananya magobag-gobagan akan digelar pada Minggu (13/8), sehari setelah hari raya Kuningan. Tradisi magobag-gobagan akan dibuka untuk umum. Pamedek dari luar desa boleh ikut. Rencananya magobag-gobagan akan dimulai sekitar pukul 08.00 Wita. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Kelating Kembangkan Wisata Budaya
BAGIKAN