tradisi masucian dilakukan di Beji Agung Pekerisan, Desa Adat Babahan, Penebel. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Biasanya tradisi masucian dilakukan di pinggir pantai atau lautan. Namun berbeda dengan sejumlah desa adat yang berada di bawah kaki Gunung Batukaru, Penebel, Tabanan, tradisi masucian dilakukan di Beji Agung Pekerisan, Desa Adat Babahan, Penebel. Uniknya, 22 Tapakan Ratu Mas berwujud barong dan rangda yang dimiliki masing-masing desa adat melaksanakan tradisi masucian, dalam waktu bersamaan yang diikuti oleh ribuan krama desa adat setempat.

Sejumlah desa adat yang berada di bawah kaki Gunung Batukaru melakukan tradisi masucian dalam waktu bersamaan menjelang upacara atau karya besar di masing-masing desa adat setempat. Tradisi masucian dilaksanakan di Beji Agung Pekerisan, Desa Adat Babahan, yang berada di aliran sungai Ho.

Baca juga:  Desa Adat Sebudi Gelar Upacara Nubung Daging di Pura Pasar Agung Besakih Giri Tohlangkir

Bendesa Adat Babahan Penebel, I Made Sukawana mengatakan, 22 jenis Tapakan Ratu Mas yang disimbolkan dengan wujud barong dan rangda yang dimiliki masing-masing desa adat wajib melakukan tradisi masucian sebagai warisan budaya agraris yang diwarisi secara turun-temurun. Bahkan, Beji Agung Pakerisan Tabanan diyakini warga setempat sebagai sumber mata air yang disucikan dan disakralkan warga setempat.

Untuk itu, mata air suci tersebut berfungsi sebagai beji Agung Sad Kahyangan Jagat Bali Luhur Batukaru Tabanan. “Melalui tradisi masucian ini diharapkan perilaku memuliakan mata air tetap dijaga sebagai wujud nyata melestarikan lingkungan,” ucapnya.

Baca juga:  Kontribusi Wisatawan, Ide Brilian Gubernur Koster untuk Pelestarian Alam dan Budaya Bali

Selain desa adat yang berada di kaki Gunung Batukaru Tabanan, tradisi masucian di Beji Agung Pekerisan juga dilakukan Tapakan Ratu Mas dari luar Tabanan, seperti Desa Kuwum Mengwi dan Desa Blahkiuh, Kabupaten Badung yang diikuti ribuan krama. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN