CIAMIS, BALIPOST.com – Ika Kartika (24) warga Dusun Cukang Padung, Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Ciamis, Jawa Barat, awalnya tak pernah menyangka menjadi AgenBRILink bisa menjadi sumber nafkah utama keluarga. Bahkan sebagai agen laku pandai dari BRI itu, dia dapat mengangkat perekonomian orang tua dan membantu menyekolahkan adik-adiknya.
Kesuksesan Ika menjadi AgenBRILink berawal pada tahun 2020. Orang tuanya yang memiliki bisnis kecil-kecilan dengan membuka warung kelontong, ditawari oleh Mantri BRI untuk menjadi AgenBRILink.
Namun, karena kurang mahir menggunakan gawai seperti mesin Electronic Data Capture (EDC) dari BRI untuk bertransaksi, Ika dibujuk Mantri BRI untuk menggantikan orang tuanya. “Awalnya belum mengerti apa itu BRILink. Awalnya menawarkan ke orang tua saya. Tapi orang tua saya gaptek, baru beberapa bulan jadi dialihkan ke saya buat ngelolanya. Alhamdulillah langsung dikasih mesin EDC. Kemudian pindah dari warung orang tua, saya mengontrak kios di dekat alun-alun Panjalu. Tempatnya lebih strategis karena berada di jalan besar,” ujarnya.
Jarak kios yang dikontrak Ika sekitar 2 menit dari rumahnya jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Dia sangat bersyukur, setelah menjadi AgenBRILink pendapatan keluarga meningkat. Bahkan saat ini, menjadi AgenBRILink adalah penghasilan utama keluarga Ika.
Setelah sekitar 2 tahun menjadi AgenBRILink yaitu pada awal 2023, dia pun memberanikan diri membuka satu lagi gerai baru. Ika saat ini telah memiliki dua gerai AgenBRILink dengan satu pekerja. “Alhamdulillah sudah punya 2 kios dan punya karyawan 1 orang. Kios satu lagi ada karyawannya kebetulan karyawannya sudah paham betul setelah dikasih training. Kalau kios agen yang satu lagi khusus AgenBRILink saja tidak gabung sama usaha lain,” sambungnya.
Untuk mengelola kedua gerai tersebut Ika pun dibantu sang suami, Asep Ari Kurniawan (26). Dengan sumber daya tersebut, pekerjaannya lebih ringan. Hal itu sangat membantu Ika karena dia pun saat ini harus fokus mengurus anaknya yang masih balita. “Saya bagian pembukuan takut ada salah transfer, atau lagi gangguan, atau saldo kurang atau saldo berlebih. Karena harus sinkron. Saya bagian pembukuan saja,” katanya.
Secara materi, Ika mengakui menjadi AgenBRILink mengangkat perekonomian keluarganya. Adapun transaksi per hari, di gerai pertama bisa mencapai 85 sampai 90 transaksi. Bahkan untuk Juli lalu transaksinya menembus angka tertinggi hingga 2.800 transaksi dalam satu bulan.
Untuk kios kedua dalam sebulan dapat melayani sekitar 600 transaksi atau rata-rata 20-25 transaksi per hari. “Nilai transaksi nasabahnya macam-macam. Kisaran paling kecil itu bisa Rp20.000 seperti untuk keperluan top up Dana. Untuk mayoritas transaksi itu transfer dan tarik tunai kalau saat ini,” lanjutnya merinci.
Menjadi AgenBRILink pun mengatrol usaha warung yang dimilikinya di kios pertama. Ketika nasabah datang untuk mentransfer uang, misalnya, tak jarang yang terdorong berbelanja seperti jajan untuk anak atau membeli barang keperluan sehari-hari. Kios BRILink miliknya pun menjadi lebih ramai karena para pelanggan warung yang belanja sembako jadi mengetahui bahwa kios Ika melayani jasa keuangan resmi.
Ika pun mengungkapkan kiat suksesnya menjadi AgenBRILink. Menurutnya, yang utama adalah pelayanan dengan sikap ramah. Selain itu, menjadi AgenBRILink jangan ragu untuk membantu dan mengedukasi nasabah.
Tak jarang menurutnya nasabah bingung ketika ada masalah layanan jasa keuangan perbankan. “Kita harus bantu, sekalian edukasi. Senang kalau bantu orang tua misalnya tidak paham untuk transaksi keuangan. Yang utama lebih ke pelayanan dan admin jangan mahal-mahal. Yang penting lancar,” tuturnya.
Menjadi AgenBRILink pun menurutnya dapat membantu warga sekitar dalam mengakses layanan jasa keuangan. Seperti tempat layanan transfer dan tarik tunai, atau misalnya membayar tagihan listrik yang lebih dekat dengan masyarakat sekitar.
Selain itu, kesuksesan Ika dan suami menjadi AgenBRILink bisa membantu keluarga. “Alhamdulillah bisa bantu keluarga. Bisa bangun rumah sendiri. Membantu menyekolahkan adik karena saya punya 1 adik kandung dan 2 adik ipar. Kami juga bisa ngasih uang bulanan ke orang tua karena dikasih rejeki lebih,” ucapnya bangga.
Di sisi lain, Ika pun punya harapan agar layanan AgenBRILink menjadi lebih baik. Menurutnya fitur layanan AgenBRILink harus diperbanyak. Seperti kerja sama dengan dompet digital untuk memperkuat ekosistem keuangan.
Pada kesempatan terpisah Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa AgenBRILink telah mampu meningkatkan akses masyarakat di berbagai daerah terhadap berbagai layanan keuangan BRI. Sunarso mengungkap dalam satu tahun (2022) transaksi masyarakat lewat BRILink bisa tembus hingga Rp 1.297 triliun. “Ini jadi angka yang fantastis di tengah proses akselerasi akses produk perbankan di masyarakat daerah, yang jadi fokus penetrasi BRI,” ungkapnya.
Menurut Sunarso, besarnya transaksi yang dilakukan secara semi-konvensional ini terjadi di tengah fokus proses bisnis menuju digitalisasi. Kendati, masyarakat di daerah juga masih banyak yang melakukan transaksi secara konvensional lewat AgenBRILink. Sunarso menyebut strategi Hybrid Bank atau perpaduan pengembangan digitalisasi di perbankan sambil terus menyediakan layanan konvensional jadi strategi BRI menghadapi era digitalisasi. (Adv/balipost)