Gubernur Bali, Wayan Koster meresmikan Medical Wellness di Bali, pada acara Medical Welness yang dihadiri secara virtual oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, di Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Kamis (10/8). (BP/Ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster meresmikan Medical Wellness di Bali, pada acara Medical Welness yang dihadiri secara virtual oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, di Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Kamis (10/8). Peresmian Medical Wellness di Bali yang disaksikan oleh Staff Khusus Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, dan Kadis Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom.

Kegiatan ini diisi Penandatanganan Komitmen dan Kesepakatan Bersama yang dilakukan Gubernur Koster tentang Pelaksanaan Akselerasi Sinergi Program Rumah Sakit Jejaring Nasional Layanan Prioritas antara Pemerintah Provinsi Bali dengan Rumah Sakit Pengampu. Yaitu, Jenis Layanan Jejaring Rujukan Pelayanan, Sumber Daya Manusia serta Penelitian di Bidang Kanker dilakukan oleh RS Kanker Dharmanis Jakarta dengan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan Pemerintah Provinsi Bali.

Jenis Layanan Jejaring Pengampuan Pelayanan Kardiovaskular dilakukan oleh RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dengan RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan Pemerintah Provinsi Bali. Jenis Layanan Jejaring Pengampuan Layanan Stroke dilakukan oleh RSP Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono dengan RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan Pemerintah Provinsi Bali. Jenis Layanan Jejaring Pengampuan Layanan Uronefrologi, Gastrohepatologi, dan Diabetes Melitus dilakukan oleh RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dengan RSUP Prof. De. I.G.N.G. Ngoerah dan Pemerintah Provinsi Bali.

Jenis Layanan Jejaring Pengampuan Layanan di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak dilakukan oleh RS Anak dan Bunda Harapan Kita dengan RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah. Jenis Layanan Jejaring Pengampuan Pelayanan Respirasi dan Tuberkulosis dilakukan oleh RSUP Persahabatan dengan RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan Pemerintah Provinsi Bali. Jenis Layanan Jejaring Pengampuan Pelayanan Penyakit Infeksi Emerging dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali dengan RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso dan RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah. Dan Jenis Layanan Jejaring Pengampuan Pelayanan Kesehatan Jiwa dilakukan oleh PKJN Rumah Sakit Jiwa, dr. H. Marzoeki Mahdi dengan Pemerintah Provinsi Bali.

Baca juga:  Desa Adat Blahkiuh "Ngeneng" Sehari

Gubernur Koster meminta penandatanganan kerjasama ini harus dijalankan dengan serius agar menghasilkan kemajuan yang progresif di dalam penanganan kesehatan di Bali. Karena pihaknya ingin menjadikan Bali sebagai salah satu sumber peradaban untuk membangun tata kehidupan yang sehat. Sehingga, Bali betul-betul akan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat secara niskala dan sakala.

Sebagai Murdaning Jagat Bali, Gubernur Bali jebolan ITB mendorong layanan kesehatan tradisional lokal Bali yang diiringi dengan peningkatan kualitas layanan rumah sakit yang konvensional. “Mengapa kesehatan tradisional saya dorong dengan keluarnya kebijakan Peraturan Gubernur Bali Nomor 55 Tahun 2019 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali, karena Bali memiliki kekayaan tumbuh – tumbuhan untuk kepentingan obat – obatan yang dikenal dengan nama Usada Bali,” tandas Gubernur Koster.

Di Bali, ada jenis tanaman sebagai sumber obat tradisional hingga leluhurnya mewarisi pengetahuan ramuan obat tradisional yang bersumber dari tumbuh – tumbuhan. Pengetahuan tersebut terdapat di dalam manuskrip kearifan lokal Bali yaitu lontar. “Karena itu, saya mendorong agar Bali segera memiliki industri olahan dari tumbuh – tumbuhan untuk pengobatan herbal, sehingga Bali menjadi basis pengembangan industri herbal,” ungkapnya.

Baca juga:  Antisipasi Gangguan Kamtibmas, Polisi Sasar Pemuda Pesta Mikol

Atas potensi tersebut, Gubernur Koster menganalisis kekuatan Pulau Bali dengan negara China. Kalau dihitung kekayaan Bali, baik dari tumbuh – tumbuhan serta kearifan lokalnya, kata Wayan Koster Bali tidak kalah dengan China yang telah menjadi negara terbesar dalam industri herbal. Harusnya Bali bisa lebih hebat dari China, cuman selama ini tidak dibangun dengan kekuatan dan potensi yang berbasis pada sumber daya lokalnya.

Sekarang dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, pembangunan Bali telah diarahkan berdasarkan sumber daya lokal dengan nilai – nilai kearifan lokal Sad Kerthi. “Jadi, kita harus mendekat kepada alam, bukan menjauh dari alam, dan mulai menggunakan sumber daya lokal untuk kehidupan atau bukan mendatangkan sumber kehidupan dari impor,” ujarnya.

Itulah sebabnya, pengembangan kesehatan tradisional Bali harus dijadikan salah satu unsur transformasi ekonomi di Bali dengan konsep Ekonomi Kerthi Bali. Agar ekonomi Bali tidak semata – mata bergantung pada dominasi satu sektor pariwisata. Karena saat ini Bali ekonominya 54 persen bergantung dari pariwisata. Jika pariwisata Bali terganggu akibat berbagai bencana alam dan non alam, maka ekonomi Bali akan terpuruk.

Pengembangan kesehatan tradisional Bali, disebutkan Gubernur Koster juga sedang diarahkan dalam pembangunan rumah sakit berkelas dunia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan, Sanur, Kota Denpasar. Rumah Sakit Internasional tersebut dibangun atas terjalinnya kerjasama dengan Mayo Clinic yang salah satunya akan menerapkan pelayanan kesehatan herbal. Sehingga masyarakat Indonesia yang dulunya berobat ke luar negeri akan berkurang dan beralih ke Bali Internasional Hospital.

Baca juga:  Bangun Citra Positif, Gubernur Koster Tegaskan Langkah Progresif Tangani COVID-19 

Untuk diketahui juga, bahwasannya sekitar Rp90 triliun, devisa kita keluar akibat masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri. Jadi hadirnya Bali Internasional Hospital di Kawasan Ekonomi Khusus Kesehatan, Sanur akan menjadi basis perekonomian baru dengan menggerakan sektor kesehatan bertaraf internasional dengan industri herbalnya, sekaligus orang yang berobat ke Bali bisa berwisata di Bali.

Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Keynote Speech “Misi Besar Layanan Kesehatan di Indonesia” menyampaikan dukungan. Salah satunya kepada Bali yang harus memiliki layanan kesehatan dengan cita – cita mempunyai industri kesehatan herbal, agar Bali tidak hanya bergantung pada industri pariwisata saja, namun sekarang harus berkembang ke arah industri yang beragam. Salah satunya industri herbal yang akan menjamin kesejahteraan masyarakat Bali.

Dikatakan, Bali sangat berpotensi untuk dijadikan pengembangan industri kesehatan herbal. Marena Bali dikenal memiliki Ubad (Obat) yang ada di Ubud, Gianyar. “Kenapa Ubud diberi nama seperti itu (Ubad), karena memang saat itu ada tokoh yang datang ke Bali dan kemudian ia sakit terkena wabah, lalu dia menemukan obat tersebut di Ubud. Itulah sebabnya kenapa Ubud diberi nama Ubad,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Potensi Bali untuk mengembangkan layanan kesehatan dengan membangun industri herbal juga didukung oleh faktor pariwisata yang sudah tumbuh terlebih dahulu di Bali. Jadi orang datang ke Bali, selain menginap di Bali, menenangkan hatinya di Bali, dan melihat kindahan alam, seni budaya Bali, namun juga mereka ke Bali dapat meningkatkan kualitas hidupnya, baik itu jiwa dan raganya dengan bantuan alam dari Bali. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN