Warung Babi Guling Kandawa. (BP/sinta)

DENPASAR, BALIPOST.com – Putu Sutadnyana (42) atau kerap disapa Putu merupakan salah seorang pelaku usaha kuliner yang menjual makanan olahan babi. Ditemui di tempat usahanya Denpasar, Rabu (9/8), Putu mengaku sudah berjualan sejak 2013.

Awalnya Putu bekerja di kapal pesiar. Saat pulang ke Bali, ia melihat potensi berjualan olahan babi khas Singaraja yang merupakan kampung halamannya. Putu pun terjun ke bisnis kuliner dan membuka warung Babi Guling Kandawa.

Pria asal Singaraja ini sudah memiliki 3 cabang usaha yang lokasinya di Jl. Sesetan, Jl. Panjer, dan Jl. Imam Bonjol. Pusat dari usahanya ini ada di Jl. Pulau Bungin No. 18, Denpasar. Putu menjelaskan setiap harinya ia bisa menghabiskan sekitar 30 kg hingga 40 kg daging babi.

Baca juga:  Seniman Drama Gong, Gangsar Dirawat di RSUP Sanglah

Meski nama warung makannya “Babi Guling Kandawa,” menu yang dijual tak hanya babi guling. Ia juga menjual makanan khas Singaraja, yakni Siobak dengan harga mulai Rp18.000 dan juga Nasi Campur Ayam dengan harga Rp15.000. Untuk Babi Guling, ia mematok harga Rp18.000 hingga Rp25.000 per porsinya.

Putu menjelaskan sebelum pandemi, usahanya sudah berada di atas angin. Namun, saat pandemi datang, usaha Putu mengalami penurunan yang cukup drastis.

Baca juga:  BMTH akan Dilengkapi Fasilitas Hiburan dan Kampus Internasional

Ia mengaku sangat terpukul akibat dampak pandemi COVID-19. Bahkan sempat menjual beberapa aset agar bisa mempertahankan usahanya.

Tetapi dengan optimisme yang tinggi dan tetap bertekad untuk mempertahankan usahanya, pandemi bisa dilalui dengan baik. Usahanya masih tetap berjalan hingga 10 tahun ini. “Astungkara ke depannya lebih bagus lagi, karena pariwisata sudah meningkat. Kita sebagai pengusaha kuliner percaya pasti dampaknya akan positif,” katanya optimis.

Baca juga:  Kuliner Bali yang Masih Eksis

Putu merasa awal 2023 ini penjualannya mulai ada perkembangan yang cukup signifikan. Dalam sehari Putu bisa memperoleh omzet sebesar Rp 7.000.000. Namun angka penjualan ini belum bisa dikatakan pulih karena sebelum pandemi, sehari omzetnya bisa mencapai Rp10.000.000.

Ditanya tentang kendala, Putu menjelaskan jika ia kesulitan dengan fluktuasi harga babi dan juga isu tentang penyakit yang marak menyerang ternak. “Tapi kita optimis pasti bisa karena penikmat olahan Babi juga cukup banyak. Astungkara bisa tetap berjalan hingga saat ini,” jelasnya. (Sinta/balipost)

BAGIKAN